Phase 1
Arlyn
"Lyn, sorry, tapi keknya lo belum bisa ketemu Jevan, kondisinya lagi nggak baik." Suara Jevin menghalangi niat Arlyn untuk menjenguk Jevan.
Sepulang dari rumahsakit tadi siang, Arlyn memilih singgah dirumah Jevan. Ia ingin melihat pria itu, dia ingin tahu apakah Jevan sudah sadar apa belum.
"Jevan udah sadar?" tanyanya,
"Yeah, dia udah sadar, dan dia... ehm, gue gimana ya ngomongnya?" kata Jevin ragu-ragu.
"Dia takut ketemu perempuan lagi?" tebak Arlyn, Jevin mengangguk untuk mengiyakan.
Arlyn mencoba bersikap tenang meski dia sangat gelisah, rasa bersalahnya terhadap Jevan semakin meningkat. Seandainya ia tidak terburu-buru saat itu, kemungkinan besar Jevan tidak akan seperti ini sekarang.
"Gue bakal nungguin dia, kalau dia udah istirahat tolong kasih tau gue ya, gue mau lihat dia." pinta Arlyn, dia memohon kepada Jevin untuk membiarkannya menunggu Jevan tidur agar dia punya kesempatan untuk melihat wajah pria kesayangannya tersebut. Jevin pun tak kuasa menolak permintaan Arlyn walau sebenarnya hal tersebut sangat sulit dikabulkan.
"Gue nggak mau tau, Er. Minggu depan, Jevan bakal kembali ngajar, jangan sampai ada cewek disana." suara dari seseorang yang sedang menelvon mengagetkan Arlyn yang sedang bermain dengan Ally tersebut, ternyata anak kucing yang diadopsi Jevan itu diurus oleh Jevin selama Jevan sakit, ah, rupanya Rajev yang sedang menelvon.
"Gue cuma minta, siswa dan staff cewek yang disekolah 1 lo pindahin kesekolah yang lain. Gue udah mastiin kalau Jevan hanya akan bekerja disekolah 1, dia nggak akan kemana-mana." lanjut Rajev lagi,
"Kalau mereka nggak mau pindah, lo pecat aja."
Gampang bener ya, main pecat-pecatan!
"Sembarangan main pecat, nyari tenaga pengajar untuk musik itu susah ya." Jevin sudah bergabung kembali dengan mereka, ia duduk disamping Arlyn yang saat ini sedang berada diberanda rumah sementara Rajev berdiri didepan pintu, ia menelvon sambil menatapi bunga-bunga ditaman rumah sambil membelakangi mereka, hal tersebut menjadi alasan kenapa Rajev tidak menyadari keberadaan Arlyn. Rajev membalikkan badannya, dan ia tampak sedikit terkejut dengan keberadaan Arlyn dan Jevin dibelakangnya.
"Eh, ada lo, Lyn. mau lihat Jevan, ya? sorry ya, Jevan lagi nggak bisa ketemu lo sekarang." ucap Rajev, ia menghampiri Arlyn dan Jevin dan duduk disofa yang berseberangan dengan mereka.
"Gue udah kasih tau tadi," sambar Jevin,
"Lo kenapa sih main pecat-pecat aja? susah nyari guru tau!" omel Jevin kepada Rajev,
"Si Erga kebanyakan nanya, padahal gue cuma minta dia pindahin staf dan siswa cewek kesekolah yang lain, terus staff dan siswa cowok dipindahin kesekolah 1. Banyak aja protesnya, padahal dia juga udah tau kondisi Jevan gimana." curhat Rajev,
"Ini nih alasan kenapa lo nggak bisa jadi atasan, seenaknya aja." cibir Jevin, Arlyn akhirnya jadi penonton perdebatan antara kakak dan adik itu.
"Makanya gue milih jadi pekerja lepas, wlekk." Rajev menanggapi, sekedar info, Rajev bekerja sebagai fotografer untuk Natgeo, menjadikannya jarang ada di Indonesia.
Umur sih tua, tapi kelakuan kek bocah!
"Oh iya lupa! Lyn, Jevan udah tidur," kata Jevin memberitahu Arlyn, mendengar itu Arlyn segera masuk kedalam rumah, pelan-pelan ia membuka pintu kamar Jevan, ia ditempatkan dikamarnya yang dulu sebelum pindah kelantai 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.