Phase 1
Arlyn
Arlyn terkejut ketika mendapati dirinya sedang berbaring diranjang rumah sakit sesaat setelah ia membuka matanya. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga ia mendapatkan perawatan seperti ini,
"Lyn, lo udah sadar? syukurlah." Suara seorang pria mengalihkan atensi Arlyn, pria tersebut duduk didekat Arlyn seolah-olah sedang menungguinya.
"Lo ngapain disini?" tanya Arlyn kepada pria tersebut dengan suara lemah,
"Ngejengukin lo, kata Tante , kemaren lo pingsan karena kecapekan jadi gue dateng buat jengukin lo." balas pria bernama Aksa tersebut. Arlyn semakin terkejut dengan fakta bahwa ia sudah pingsan selama 1 hari.
"Keluarga gue mana?" tanya Arlyn lagi,
"Tante lagi makan siang dulu, jadi nitipin lo ke gue." balas Aksa lagi, Arlyn menutup matanya kembali, dia masih sangat ngantuk, ini efek tidak istirahat setelah penerbangan jauhnya kemarin, tetapi ia tiba-tiba teringat sesuatu. Ia kembali membuka matanya dan mencoba bangkit dari pembaringannya, Aksa sampai terkejut melihat Arlyn seperti itu.
"Mau kemana sih?" tanyanya, meskipun begitu ia tetap membantu Arlyn berdiri.
"Keruangannya Jevan," mendengar jawaban dari Arlyn, Aksa memaksanya duduk diranjangnya.
"Jevan is fine, Okay. Dia udah balik kerumah tadi pagi, mending lo istirahat dulu yang bener. Nanti kalau udah bugar bisa langsung nemuin Jevan kerumahnya." kata Aksa menotifikasi, ini yang Arlyn tidak bisa terima, bisa-bisanya Jevan pulang kerumah tanpa dia, padahal kemarin dia bertahan dirumah sakit supaya bisa menemani Jevan pulang.
Arlyn menghela nafasnya, kemudian ia menutup matanya kembali, mencoba untuk kabur dari situasi yang tidak ia sukai ini, Aksa masih tetap setia menemaninya. Disaat-saat seperti ini haruskah Aksa yang punya waktu untuk menjaganya?
"Denger-denger, nikahan lo dibatalin ya, Lyn." Ingin sekali rasanya Arlyn mengusir pria ini dari kamarnya karena pertanyaan sensitif ini. Ia tidak memedulikan pertanyaan dari Aksa, dan memilih untuk tidur, entah bagaimana caranya pria ini bisa mengetahui semua itu. Hening menemani mereka untuk sementara waktu, ya, sebelum Aksa melemparkan bom molotov yang membuat Arlyn menjadi emosi.
"He's not fine, Lyn. Gue denger dari Mas Sam, katanya dia melakukan percobaan bunuh diri 3 hari yang lalu. No wonder you're cancelling your wedding. I mean, siapa yang bakal tahan punya pasangan yang punya cerita seperti itu, so congratulation for it."
Dasar Sam emberan! sial banget Jevan punya temen kek dia.
"We're not cancelling our wedding, Aksa, we're just postponing it. Dan lagi, tolong jangan memberi statement yang lo belum tau sendiri kebenarannya! Lo enggak tau apa-apa tentang gue dan Jevan, better you shut your stupid mouth up." Kata Arlyn marah,
"Oh, sorry, but I think your family won't let your relationship to be true, mereka nggak mungkin ngizinin anaknya nikah sama orang yang punya keterbelakangan mental." Aksa terus-menerus mencoba untuk merongrong kepercayaan diri Arlyn.
"Udah gue bilang lo nggak tau apa-apa tentang gue, Aksa. Dibanding dengan keluarga gue yang nggak ngizinin gue sama, gue lebih khawatir keluarga Jevan yang nggak bisa ngasih gue izin jalan sama Jevan terus."
"Ah, gue juga ragu apa lo bakal setegar Jevan kalau tau ternyata calon istrinya adalah seorang pembunuh dimasa lalu. You said that he is not fine, but to me he is super fine. Jevan lebih takut gue tinggalin daripada gue bunuh, Jevan lebih takut gue pergi daripada hidup bareng seorang pembunuh seumur hidupnya. We are a psycopath couple, so we are fine. Apa lo kuat kek Jevan?" Arlyn mengucapkan kata-kata tersebut dengan sinis, sementara Aksa sudah menatapnya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.