Phase 1
Jevan
"Please, Vy, kasih tau Mas kontak luar negeri Arlyn. Ini udah 4 hari dia pergi dan nggak ngabarin apa-apa." Jevan memohon kepada Alvy yang duduk didepannya saat ini, Arlyn sudah pergi selama 4 hari tapi dia sama sekali tidak mendapat kabar apa-apa sesuai dengan janji dimalam sebelum keberangkatannya.
"Sumpah, Mas! Aku juga nggak ada kontak luar negeri Kak Arlyn, dia sama sekali nggak ngehubungin Papa sama Mami, kita disini sama khawatirnya sama Mas, tadi pagi Mami malah mau lapor ke imigrasi terkait Kak Arlyn yang nggak ada kabar sama sekali." jelas Alvy dengan sabar, sudah 1 jam Jevan berada dirumahnya untuk membujuk Alvy memberikan kontak Arlyn, sudah berulangkali juga Alvy mengatakan hal yang sama, namun Jevan tidak percaya sama sekali.
Jevan menyerah, sepertinya Arlyn memang sengaja melakukan ini, tapi bagaimana kalau memang terjadi sesuatu kepadanya?
"Kalau ada kabar, langsung kasih tau Mas ya, Vy." pintanya, Alvy pun mengangguk untuk menyetujui. Setelah berkata demikian, Jevan pamit pulang.
Jevan mengajar seperti biasanya hari ini, ia berusaha terlihat tenang agar siswa-siswanya tidak terpengaruh olehnya. Dalam hati, ia berdoa semoga Arlyn baik-baik saja dan hanya lupa mengontak keluarganya di Indonesia.
Tapi dipikir berapakali pun, alasan itu sama sekali tidak masuk diakal!
"Sir, are you alright?" Jevan terkejut mendengar pertanyaan tersebut, hah! sekuat apapun dia menyembunyikan keresahannya, tetap saja bisa terlihat oleh siswanya,
"I'm alright, it's okay!" jawabnya dengan senyum, ia berharap semoga siswanya ini tak lagi bertanya macam-macam. Si siswa kembali memainkan pianonya sesuai dengan nada-nada yang sudah dipelajarinya,
"Nah, sekarang udah hafal not-nya, coba temponya dipercepat" kata Jevan memberi intruksi, ia pun menuruti arahan Jevan untuk mempercepat tempo antar not yang sedang ia mainkan.
"Good job! sekian dulu untuk hari ini, jangan lupa latihan terus dirumah ya biar cepat naik kelas." kata Jevan mengakhiri kelas piano untuk siswanya yang satu ini, si siswa itu pun tersenyum senang dan segera mengemasi barang bawaannya.
Jevan memeriksa ponselnya untuk memastikan apakah Arlyn mengabarinya atau tidak, dan ternyata tidak. Nama Arlyn sama sekali tidak muncul dalam kontak yang menghubunginya, ia mencoba keberuntungannya dengan menelvon Arlyn, nihil! Nomor Arlyn sama sekali tidak bisa dihubungi, ia semakin khawatir, ia takut telah terjadi sesuatu kepada Arlyn.
Sepengetahuan Jevan, fashion show nya akan diadakan hari ini, apa Jevan yang khawatir berlebihan? Apa Arlyn terlalu sibuk mengurusi acara tersebut hingga tidak ada waktu untuk menghubungi keluarganya dan dia yang berada di Indonesia ini?
Tapi mau dicari pembenaran apapun, sebenarnya itu tidak masuk diakal! Mana ada orang yang tega nggak ngabarin keluarganya selama 4 hari tinggal diluar negeri?
Bukannya semakin tenang, pemikiran-pemikiran Jevan tersebut malah membuatnya semakin gelisah dan khawatir, ia benar-benar takut terjadi apa-apa pada Arlyn.
"Nggak, Mas! Mas lagi banyak kesibukannya disini yang nggak boleh ditinggal. Mbak Arlyn pasti baik-baik aja, Kok, cuma lagi sibuk aja." Erga melarangnya ketika Jevan mengatakan bahwa ia ingin menyusul Arlyn ke Paris, ia juga berusaha menenangkan atasannya tersebut.
"Visa gimana? udah selesai?" tanyanya lagi, Jevan menggeleng.
"Yaudah, Mas disini aja duduk dengan tenang. Mbak Arlyn pasti baik-baik aja, kok." kata Erga lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.