L.O.^.E II (Aksa Side)

41 2 0
                                    


Phase 1

She Left Me

   Aksa mengamati tingkah kakak iparnya yang tampak gelisah setelah membaca pesan diponselnya. Ada apa?

   "Sa, pulang yuk! Adrina rewel nih minta dibeliin salak. Dimana coba nyari salak hari minggu gini? mana udah siang lagi." Akhirnya sang Kakak ipar memberitahunya sumber kegelisahan yang ia rasakan, yang tak lain adalah ulah istrinya yang sekaligus menjadi saudara kembar Aksa tersebut. 

   "Cari di 'Duta Buah' aja, Mas. ada pasti itu." Saran Aksa.

    "Yaudah, pulang, yuk. Nanti gue bilangin Jevan kalau kita pulang duluan." Ajak Sam sekali lagi.

   Pulang ya? Tapi Arlyn masih disini.

 "Pulang duluan aja, Mas, nanti gue pulang naik taksi, gapapa. Sayang kalau dilewatin gini." tolak Aksa, siapapun pasti tahu alasan Aksa yang sebenarnya. Dia bukannya masih menikmati acaranya, tapi karena ada Arlyn disini. 

 "Gitu aja? gapapa, beneran?" Sam memastikan.

  "Iya, Mas. benaran. Udah gede ini, tahu jalan menuju rumah." Kata Aksa meyakinkan Kakak iparnya sekali lagi.

  "Yaudah kalau gitu, gue cabut duluan, ya." Sam pamit, ia juga pamit kepada saudara Jevan yang duduk bersama mereka dan sepasang anak muda yang duduk bersama dengan mereka.

 Sam sudah pergi, waktunya buat Aksa memanjakan dirinya sendiri. Yah, walau sepertinya Arlyn sudah sangat menikmati pertunjukan karena pesannya tak lagi dibalas. Sepeninggal Sam, acaranya masih berjalan selama 1 jam. Aksa harus mengakui bahwa acara yang ditujukan untuk ajang promosi ini sangat berkualitas, dan Aksa sangat menikmati waktunya disini. Ketika acara sudah selesai, kotak makan dibagikan. Aksa dapat melihat bahwa sepasang anak muda disampingnya segera pergi tanpa mengambil kotak makannya, Arlyn dan sepasang suami istri didepannya juga bertindak sama. Aksa-pun akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

  "Kenapa nggak diambil makannya? nggak laper?" kembaran Jevan yang ternyata belum beranjak dari tempat duduknya itu menegurnya.

   "belum, gue nggak laper." kata Aksa,

   "ambil aja, sayang makanannya. Nggak mungkin dibuang, sementara budget untuk itu ada." Aksa tak tahu harus bersikap bagaimana, entah harus terharu karena pria itu memikirkan budget yang terbuang sia-sia, atau harus cringe karena pria itu terkesan pelit. Tapi tidak segala sesuatu bisa dilihat dari sisi negatif, kan? anggap aja pria yang bernama Jevin itu memang peduli dan menyayangkan tingkah laku tersebut. Dengan sangat terpaksa, akhirnya Aksa mengambil kotak makan yang telah disediakan, dan sejujurnya ia tak bisa berbohong kalau dia sudah sangat lapar.

    "Makan bareng gue aja diruang tunggu." ajak Jevin, mau tak mau, Aksa akhirnya mengikuti Jevin. Mereka keluar dari pintu lain disebelah panggung, dan mencari ruangan yang kosong disanggar. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya mereka menemukan sebuah ruangan kosong yang tampak ditinggal oleh penghuninya.

   "Makan disini aja dulu, kalau makan disanggar, berisik." Kata Jevin, kemudian mereka menemukan tempat duduk yang nyaman untuk makan. Setelah masing-masing berdoa, mereka mulai menyantap makanannya. Tak lama kemudian, seseorang masuk keruangan tersebut.

   "Loh, Mas Jevin kok makan disini? nggak keruangan Mas Jevan aja?" tanya seseorang itu, mungkin salah satu kru Jevan atau yang memakai ruangan ini karena tampak ia juga membereskan bawaannya. 

  "Diajakin ngegosip entar sama Kak Jev kalau disempatin kesana, Er. Kak Jev kan biangnya gosip. sementara gue harus buru-buru pulang." Balas Jevin, bukannya Jevan itu orangnya pendiam, ya? apa kalau dirumah dia akan menjadi pribadi yang berbeda?

A Partner to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang