Phase 1
Arjevan
'girl, please hold me tight.
Cause I don't know how to life without you.'
Suara Erga terdengar diseluruh penjuru ruangan ini, suara itu begitu khas, sehingga orang-orang terlarut didalamnya. Hari ini, Erga menampilkan lagu yang ia tulis untuk pertama-kalinya, dan dia begitu senang akan reaksi positif penonton atas penampilannya.
"Bagus, Er." puji Jevan ketika ia turun dari panggung dan memasuki backstage. Erga tersenyum lebar atas pujian Jevan itu, jarang-jarang Bos es-nya itu memberi pujian kecuali kepada murid-muridnya. Ya walaupun sepertinya, es-nya si Mas Bos sudah mulai meleleh karena Mbak Arlyn. Heh, ngomong-ngomong, sepertinya wanita itu duduk bersama keluarga Mas Jevan tadi, ya. Memangnya sudah sedekat apa mereka? Tapi, pria yang menjadi pesaing Mas Jevan itu juga turut hadir, memangnya diundang Mas Jevan?
"makasih banyak, Mas." katanya membalas pujian Jevan.
"btw, Mas Aksa itu diundang Mas?" tanya Erga penasaran, tolong jangan salahkan sikap ingin tahu Erga yang sudah mendarah daging itu.
"enggak, emangnya dia dateng?" tanya Jevan bingung,
"Ah, dia lihat iklan kali makanya dateng. Kan kita nggak batasin orang buat datang kan?" Kata Jevan yang berfikiran positif,
"Atau diundang oleh orang lain yang mungkin jadi undangan kita." Kata Erga memberikan kemungkinan lain.
"Yaudahlah, nggak perlu dibahas juga." Kata Jevan pada akhirnya, walau Erga tahu bahwa si Mas Bos pasti sedikit terganggu dengan kehadiran pria itu.
Konser mini itu berlangsung selama 2 jam, mungkin sudah hampir menyamai durasi konser yang sebenarnya, tapi ini disebabkan karena yang mengisi konser tersebut lumayan banyak, mulai dari beberapa siswa dan beberapa tutor.
"Mas Jevan!" Suara seorang gadis memanggil Jevan, ia datang bersama dengan saudara kembarnya.
"Eh, Har. Kamu ngapain kesini?" tanya Jevan bingung setelah melihat Harla yang mampir ke backstage.
"Mau ngucapin selamat ke Mas Jevan, selamat ya, Mas. Acaranya berjalan lancar banget." Jawab Harla.
"Makasih banyak, Har." balas Jevan sambil tersenyum.
Erga hanya dapat memperhatikan orang-orang itu dari jauh, ia bertanya-tanya ada hubungan apa si Bos dengan perempuan itu.
"Selamat ya, Bang. Konsernya sukses besar nih." kata Harfif, sahabat age gap-nya Jevan yang sekaligus menjadi kembaran dari Harla.
"Ahaha, thanks, Fif. Mau langsung pulang atau mau ikut makan dulu?" tawar Jevan.
"Mau langsung pulang aja, Mas. Mau istirahat dulu." Kata Harla.
"Nggak mau makan bareng aja, Har? ditawarin Bang Jevan, nih." Harfif ternyata berbeda pendapat dengan Harla.
"Kaki gue sakit, jangan aneh-aneh lo." Balas Harla.
"Gue udah laper," kata Harfif lagi.
"Yaudah, makan dulu sini." ajak Jevan, dia malas mendengarkan keributan yang mungkin terjadi sebentar lagi, sepasang kembar itu kalau sudah berdebat suka lupa waktu. Jadi daripada waktunya terbuang hanya untuk berdebat yang tidak penting, lebih baik digunakan untuk makan. Jevan mengambil 2 buah nasi kotak.
"Nih, makan. Ada lauk kesukaan kalian." Katanya sambil menyerahkan kedua kotak makanan itu kepada Harfif dan Harla, Harla tak lagi menolak. Ia memilih duduk dikursi kosong bersama Harfif, walau wajahnya masih menunjukkan tanda-tanda protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.