Phase 1
Arjevan-Arlyn.
Jevan memasuki ruangannya dengan langkah ringan sambil bersiul, ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan mendapati Arlyn yang sedang duduk disana sambil menatapi anak kucingnya,
"Lyn," begitu ia menyapa Arlyn, Arlyn segera menoleh kearahnya dan menyapanya dengan senyuman.
"Aku nggak pernah tau kalau kamu punya kucing." Kata Arlyn,
"Ah, aku dapat dia baru kemarin sih. Pas Aku lagi cari makan, dia ngikutin terus. Aku udah nyari-nyari induknya tapi nggak ketemu, yaudah aku bawa pulang aja." Kata Jevan menjelaskan, ia segera bergabung dengan Arlyn duduk disofa sambil memandangi anak kucing tersebut.
"Tapi bisa langsung bersih begitu,"
"Aku langsung bawa ke petshop buat dimandiin, plus buat beli perlengkapan dia juga."
"Kemaren kan hari Minggu, emang ada petshop yang buka?"
"Petshop-nya Harla buka tiap hari," Arlyn membeku ketika mendengar nama itu, Ah, Harla lagi ya.
"Harla nggak ada disana Kok," Jevan berusaha menenangkan Arlyn, sepertinya ia menyadari bahwa Arlyn tidak nyaman dengan Harla. Meskipun sudah ditenangkan begitu, Arlyn tetap gelisah ditempat duduknya.
"Kamu mau makan siang sekarang? mau diluar atau Aku pesanin aja?" Jevan kembali berusaha menenangkan Arlyn dengan mengajak wanita itu makan siang.
"Dipesenin aja, Aku mau ngomong sama Kamu." Jawab Arlyn, Ia menyebutkan makanan yang ia inginkan agar dipesankan oleh Jevan. Jevan memesan makanan dari sebuah restoran dengan menggunakan aplikasi online.
"Namanya siapa?" tanya Harla yang merujuk kepada anak kucing yang kini sudah dikeluarkan oleh Jevan dari tasnya.
"Belum Aku kasih nama sih, Kamu ada saran nggak? belum kepikiran soalnya, manggilnya masih kitty kitty gitu karena emang masih kitten gitu kan?" jawab Jevan, ia sudah menyelesaikan proses memesan makanan secara online nya.
"Ya itu aja, Kitty. Bagus kok namanya."
"Nggak ah, entar kaya' Hello Kitty."
"Ally aja kalau mau, artinya teman. Kan dia jadi teman serumah Kamu sekarang." kata Arlyn memberi ide. Jevan menyetujui ide tersebut, ia mulai memanggil anak kucing berwarna hitam dicampur putih itu dengan nama Ally.
Segampang itu? Ya jelas, Jevan kan aslinya bucin banget!! ya jadi dia setuju-setuju aja.
"Kamu mau ngomong apa?" akhirnya Jevan meminta agar Arlyn mulai membicarakan inti dari pertemuan mereka kali ini, Arlyn bergerak gelisah lagi, padahal ia sudah berusaha untuk menguntai kata yang baik dan benar untuk menyampaikan perasaannya, tapi kenapa begitu susah?
"Yaudah kalau belum mau ngomong, tunggu makan siang selesai aja." Kata Jevan ketika melihat Arlyn yang kembali terlihat gelisah.
"Nggak bisa, Aku harus kembali kekantor setelah makan siang." Arlyn menolak penawaran dari Jevan, Jevan terdiam, ia memberikan waktu untuk Arlyn.
"Jev, kalau Aku bilang Aku kurang nyaman soal kedekatan Kamu sama Harla, apa Kamu akan nganggap Aku nggak waras?" setelah bergulat dengan pemikirannya, akhirnya Arlyn berhasil mengatakan kalimat tersebut, walau dalam rencana awalnya ia tidak akan memulai pembicaraan mereka dengan kalimat itu.
Jevan membeku saat mendengar pertanyaan Arlyn tersebut, ada apa ini? mengapa ia tiba-tiba bertanya seperti itu?
"Mungkin iya, ya? Soalnya Aku ini bukan siapa-siapa Kamu, tapi Aku merasa begitu." lanjutnya lagi, Jevan tak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan Arlyn yang sebelumnya. Hening menemani mereka sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.