Phase 1
Playdate with Araini
"Ara...!! Jangan lari-lari!" Teriak seorang pria yang tampak kewalahan mengikuti langkah anak perempuannya yang baru bisa berlari itu, gadis kecil berusia 1,5 tahun itu tertawa dengan riang ketika ia berhasil menjauhi sang Ayah. Pria itu mengambil nafas sejenak, playdate dengan putrinya itu memang tak pernah mudah sejak ia bisa berjalan dengan lancar apalagi baru-baru ini dia bisa berlari. Dia meyakini, suatu saat, anaknya ini pasti sangat suka berolahraga, sebenarnya ini keinginannya sendiri meski ia cukup sadar bahwa Ara (begitu mereka memanggilnya) masih terlalu kecil jika ingin diharapkan seperti itu.
"Haaappp!! Uncle Jevin got you, girl!" Pria itu akhirnya merasa lega ketika sang adik kembaran berhasil menahan putri kecilnya, Araini Harisha Ryado, sementara Ara sendiri tertawa terbahak-bahak ketika ia digendong oleh Pamannya tersebut. Sang ayah menghampiri mereka dan segera mengambil alih anaknya itu.
"Are you happy, hmmm?" Ara semakin tertawa karena sang ayah yang menciuminya dengan gemas.
"Lama-kelamaan anak-anak lo pada gede di kantor, Kak." Kata Jevin, Jevan sebagai Ayah dari Ara tersenyum.
"Wah, gimana ya? orangtuanya pada sibuk sih, ya... Mau nggak mau ya harus ikut ke kantor." Balasnya,
"Harusnya weekend lo ambil libur biar bisa quality time sama anak dan istri lo, bukannya malah bawa mereka ke kantor. Gue kira setelah punya anak lo berdua bakal lebih ngurangin aktifitas kerjaan, ternyata sama aja." Kata Jevin memberikan usul.
"Anak-anak lo itu masih kecil, butuh bermain dengan permainan yang cocok sama usianya. Bukan main alat musik mulu, padahal baru satu tahun." Kali ini Jevin mengomel,
"Heh, anak-anak gue udah satu tahun setengah ye,, jangan lo kurangin umurnya." Jevin mendesah kesal karena protesan tersebut, padahal Jevin ia sedang berbicara serius.
Jevan diam-diam memikirkan ucapan dari Jevin, keegoisannya sebagai seorang ayah yang sangat tertarik dengan dunia musik memang membuat Ara dan Rain, anak kembarnya, sering bermain di kantornya. Kedua anaknya itu belum bisa menikmati wahana bermain sebagaimana teman-teman seusianya karena kedua orangtuanya yang sibuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, pandemi Covid-19 membuat keadaan ekonomi keluarganya sedikit sulit. Kelas yang beralih menjadi online membuat ruko dan gedung tidak lagi digunakan, sementara Jevan harus tetap membayar biaya perawatan untuk bangunan-bangunan tersebut. AMS mengalami keterpurukan disaat pandemi dan saat ini Jevan sedang berusaha membangunnya kembali pasca Covid-19.
Dengan rasa bersalah, Jevan memeluk Ara dengan erat, ia membisikkan kata-kata maaf kepada anaknya itu karena merasa belum bisa memberikan yang terbaik untuknya. Hiburan terbaik yang bisa ia berikan kepada anak-anaknya hanyalah mengizinkan mereka memainkan alat musik sesukanya tanpa takut mereka akan merusak benda-benda tersebut.
"Papa, Mama... Mama..." Kata Ara dengan suara khas bayinya sambil menunjukkan sesuatu dengan telunjuknya, Jevan mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjukkan oleh Ara, disana istrinya sedang berjalan menuju tempatnya sambil menggandeng seorang anak laki-laki yang mirip dengannya. Ara langsung meminta diturunkan dari gendongan dan berlari untuk menjemput sang Ibu, Jevan mengikuti langkah kaki Ara, hingga ia lupa bahwa ada Jevin di sampingnya.
"Hadeh... keluarga cemara lagi kumpul." Omel Jevin dalam hati, ia mendengus karena ia sangat iri dengan keluarga Kakakny itu, kapan ia punya keluarga sendiri ya?
* * *
Phase 2
Playdate with Rain
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.