Phase 1
Jevan
Jevan ternganga ketika mendapati Arlyn datang menemuinya disekolah. Ia menarik tangan perempuan itu untuk menjauh dari lobby karena banyak guru-guru pria yang menatapnya tertarik.
"Loh, kamu udah mau ngajakin aku keruangan kamu? biasanya kan kamu menghindari yang namanya berduaan disebuah ruangan tertutup." tanya Arlyn dengan nada menggoda,
"Nggak usah mengada-ngada, kamu ngapain kesini?" tanya Jevan dengan ketus, ia belum terbiasa dengan kehadiran Arlyn kembali.
"Nganterin makan siang kamu, aku tau kamu belum makan, kan?" jawab Arlyn sambil menunjukkan totebag yang berisi bekal makan siangnya.
"Denger ya Nona Arlyn, aku emang udah setuju sama usul kamu, tapi bukan berarti kamu bebas ngunjungin aku gini." protes Jevan, ia tidak terima jika Arlyn berkunjung sesuka hatinya.
"Ya biar kamu terbiasa sama aku dong, Jev. Oh, iya, buruan ini diambil makannya. Aku harus secepatnya balik ke butik, ada klien yang mau dateng." jawab Arlyn sabar, Jevan mengambil totebag tersebut dari tangan Arlyn.
"Aku udah capek-capek masak sampe bawa peralatan masak kekantor, jadi please, dimakan ya." pesan Arlyn sebelum ia memutar badannya kearah pintu untuk segera keluar dari ruangan Jevan tersebut. Jevan melihat ada keringat yang sangat banyak didahi Arlyn, sepertinya dia memang terburu-buru untuk datang kesini, jarak kantor Arlyn kekantor Jevan bisa dibilang lumayan jauh.
"Bentar!" tahan Jevan, ia mengambil beberapa helai tisu dari atas mejanya dan mulai mengelap keringat didahi Arlyn.
"Jangan lupa touch up! bedak kamu luntur, entar terkesan berantakan dimata klien." pesannya sembari melanjutkan kegiatannya, Arlyn tersenyum lebar dan memberikan anggukan sebagai balasannya.
"Aku jalan ya," pamit Arlyn.
"Oh iya, jangan pernah temuin aku dikantor lagi, cowok-cowoknya natap kamu penuh ketertarikan," ucapan Jevan berikutnya menahan langkah Arlyn. Wanita itu tersenyum semakin lebar dan bahkan tertawa kecil.
"Kamu cemburu, Yang?" godanya,
"Hal yang wajar kalau aku cemburu, soalnya yang aku tau kamu tunangan aku, bukan cewek single." Balas Jevan ketus, mungkin dia berkata ketus, tapi dimata Arlyn dia sangat menggemaskan.
"Duh, kalau aku nggak inget kamu alergi sama sentuhan, aku pasti udah meluk kamu sekarang, Jev." keluh Arlyn,
"Jangan macem-macem!" peringat Jevan, ia menunjukkan raut ngeri diwajahnya.
"Nggak, aku nggak bakal nyentuh kamu kalau bukan kamu yang mau. Aku jalan ya, entar aku telat kalau nggak jalan sekarang."
"Aku anterin keparkiran." kata Jevan posesif, Arlyn mengangguk, kemudian mereka berdua melangkah keluar dari ruangan Jevan. Banyak mata yang memandangi Arlyn selama diperjalanan menuju parkiran, mungkin karena Arlyn adalah wanita pertama yang mengunjungi sekolah ini sejak Jevan kembali lagu bekerja 2 minggu yang lalu, tapi Jevan tidak suka wanitanya ditatap penuh minat seperti itu. Arlyn memang cantik, tapi dia sudah ada yang punya. Tak sadar, Jevan menggenggam tangan Arlyn kemudian dengan sengaja memamerkannya kepada pria-pria yang menatap Arlyn, dengan tujuan memamerkan cincin dijari manis Arlyn.
Milik gue nih, jangan macem-macem lo pada. Mungkin itu katanya dalam hati.
"Hati-hati dijalannya, nggak usah terlalu ngebut." pesannya ketika Arlyn sudah akan memasuki mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Partner to Start
RomanceHighest rank: rank 1 dalam ericnam rank 8 dalam desainer Everything starts again.. Kisah tentang mereka yang mempunyai masalalu yang sulit dijelaskan.