Euphoria

70 5 0
                                    


Phase 1

Arlyn.

Mendesain interior studio fotonya ternyata susah juga, tadinya Arlyn berfikir bahwa ia bisa mendesainnya sendiri karena dia memiliki  basic di bidang menggambar dan menghitung. Nyatanya pekerjaan itu tak segampang yang ia butuhkan, mendesain interior bukan hanya tentang gambar ataupun hitung. Sebenarnya konsepnya hampir sama dengan mendesain gaun, hanya saja Arlyn tidak sanggup melakukannya. Memang setiap orang sudah punya bagiannya masing-masing, seperti halnya saat ini. Arlyn bisa mendesain gaun tapi tidak bisa mendesain interior.

  "emang penting banget ya Mbak, di desain interior gitu?" Dria, asisten Arlyn yang masih kuliah itu menanyainya.

"iya, penting banget. Karena ini kan kita mau promosiin produk, jadi kita harus kasih yang terbaik biar hasilnya juga baik." Petuah Arlyn.

"iya sih, Mbak. Tapi ini bukannya agak berlebihan ya sama bisnis kecil yang baru lahir kek kita?"

"Justru karena kita baru lahir makanya harus maksimal, kan nggak mungkin foto di asal-asalan tempat." Kata Arlyn lagi.

"Iya juga sih, Mbak. Mbak nggak mau makan siang dulu?" Tanya Dria, hari ini memang mereka belum makan siang karena sehabis bertemu klien di sebuah Kafe, mereka langsung kesini.

  "Yuk lah turun, Saya juga udah lapar ini." Kata Arlyn menyetujui.

Arlyn mengunci pintu studio dan menuruni tangga, di ruko ini belum ada liftnya jadi semua mobilisasi hanya menggunakan tangga. Kalau dihitung-hitung di ruko yang tidak terlalu besar ini, mau bikin lift atau eskalator jatuhnya jadi rugi juga. Baru turun 1 lantai, mereka menemukan keramaian di lantai 3. Bukan keramaian seperti di lantai 1 dan dua yang kebisingannya disebabkan oleh alat-alat pertukangan, namun di lantai 3 ini lebih seperti orang yang barusaja pindahan.

Siapa yang berniat tinggal di ruko ini?

"Eh, ada Mbak Arlyn. Lagi meriksa ruko, Mbak?" Pria yang Arlyn ketahui bernama Erga itu menyapanya.

"Iya nih, Ga." Balasnya singkat.

"Kamu mau tinggal disini?" Tanya Arlyn yang penasaran.

"Bukan Saya, Mbak. Si Mas Bos yang mau tinggal disini." Jawab Erga.

Ngapain sih itu cowok kudu tinggal disini segala?

"Oh, gitu. Yaudah, Saya duluan ya." Pamitnya, setelah diangguki Erga, Arlyn dan Dria kembali menuruni tangga.

Untung hari ini nggak ada Jevan, coba kalau ada, bisa hancur mood Arlyn.

Arlyn membawa Dria ke tempat ia dan Aksa makan siang minggu kemarin, iya, itu acara makan siang yang dihancurkan oleh Jevan. Kejadian yang membuat Arlyn semakin sebal terhadapnya dan semakin berusaha menghindarinya.

Melangkah masuk kedalam rumah makan tersebut, langkah Arlyn sempat terhenti sejenak karena seseorang yang dilihatnya didalam sedang makan siang juga dengan seorang perempuan. Seseorang itu masih lengkap dengam seragam pilotnya, mungkin lagi-lagi dia baru selesai bertugas dan tidak sempat mengganti seragam terlebih dahulu. Hampir saja Arlyn batal masuk, kalau saja Dria tidak mendorongnya.

Arlyn melewati meja itu, dan Aksa yang sibuk mengobrol dengan Astri tidak menyadarinya. Bertemu dengan Aksa yang sibuk berduaan dengan perempuan yang paling Arlyn antisipasi itu sangat menghancurkan semangat Arlyn, bertemu dengan Jevan itu lebih baik daripada harus bertemu Aksa dengan orang lain.

Arlyn memalingkan mukanya ketika suara tawa Aksa berderai karena candaan Astri.

Shit!!

Dria yang mengetahui bahwa Bos-nya sedang tidak mood  memilih memesankan makanan kesukaan Arlyn, makanan pedas. Dan satu-satunya makanan pedas yang ada di rumah makan ini adalah geprek ayam level 4.

A Partner to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang