(S)ONE

47 5 0
                                    

Phase 1

Arlyn

 Jangan harap Arlyn akan sebegitu mudahnya percaya dengan kesimpulan asal yang dibuat Dria berdasarkan jawabannya dalam permainan tadi. Ia menuruti Dria untuk pulang kerumah bukan berarti apa ia menyetujui ucapan Dria yang seenaknya menyimpulkan bahwa orang yang ia sukai sebenarnya Jevan bukan Aksa, sampai sekarang ini Arlyn masih menempatkan Aksa dalam hatinya dan belum terganti sekalipun. 

  "Kak, Bang Aksa nyariin lo. Katanya lo mau nemenin dia keluar dari Rumah Sakit hari ini, eh malah nggak dateng." Alvy berkata demikian ketika ia baru tiba dirumah. 

   "Oh iya, tadi niatnya mau kesana sih habis dari rumah Jevan, tapi ternyata nggak keburu. Temenin Kakak kerumahnya aja yuk buat ngejengukin. Kan kamu tau rumah dia ada dimana." Jawab Arlyn, ia melepaskan sepatu kerjanya dan menggantinya dengan sendal rumah. 

 "Ngapain kerumah Mas Jevan, Kak?" tanya Alvy penasaran.

  "Orangnya ilang selama seminggu, nggak bisa dihubungi sama sekali. Ternyata orangnya lagi sakit dan sekarang lagi dirawat dirumah." Jawab Arlyn lagi.

   "Sakit apa?"

  "itulah yang Kakak nggak tahu, Vy. Asistennya nggak mau ngasih tau soalnya." 

  "Lah, bukannya Kakak dari rumahnya Mas Jevan?"

  "dari rumah pribadinya, dia dirawat dirumah orangtuanya." Jawab Arlyn dengan sabar, Alvy dengan kekepoannya memang tidak bisa dihindari. 

  "Oh, berarti Kakak nggak ketemu Mas Jevan dong." kata  Alvy lagi.

  "ya nggak, orang Kakak nggak tau rumah orangtuanya dimana." balas Arlyn dengan nada suara yang lemah, sepertinya dia sudah kelelahan. 

   "Kakak udah kelihatan capek, istirahat aja dulu. Besok baru deh kerumah Bang Aksa." usul Alvy.

  "Kakak sibuk banget, Dek besok. udah nggak ada waktu lagi, Kakak juga mau minta maaf karena nggak bisa nepatin janji kedia." Kata Arlyn dengan keras kepala,  Alvy yang mendengarnya akhirnya tak mau membantah lagi.  

     "Yaudah, siap-siap sekarang aja. Entar kemaleman, nggak enak sama yang punya rumah." kata Alvy memberikan usul. Kedua orangtua mereka belum pulang dari tempat kerja masing-masing. Arlyn segera melaksanakan usul dari Alvy, ia masuk kekamarnya dan bersiap untuk pergi. Tepat jam 7 malam, mereka berangkat kerumah Aksa.

  Setiba mereka disana, Mama Aksa menyambut mereka dengan senyuman lebar seolah melihat seseorang yang sudah lama ditunggu kedatangannya. 

   "Langsung kekamar Aksa aja ya, Vy. Udah istirahat disana soalnya, nggak enak kalau disuruh keluar." Wanita setengah baya bernama Kika itu berkata demikian kepada Alvy, mungkin karena Kika lebih mengenal Alvy daripada Arlyn makanya ia hanya menyebut nama Alvy terus dari tadi. 

  "Makasih banyak, Tante." Kata Alvy, 

  "Oh iya, lagi ada temennya Aksa. Usir aja kalau bisa." Kata Kika dengan nada suara yang menandakan ketidaksukaannya pada teman Aksa yang barusaja beliau sebut itu, hal ini membuat Arlyn dan Alvy mengernyitkan dahinya bingung. Ada siapa memangnya? 

  Tanpa banyak tanya, Alvy membawa Arlyn kekamar Aksa, mereka juga penasaran akan teman Aksa yang sangat ingin diusir oleh pemilik rumah itu sendiri. Alvy yang sudah terbiasa masuk kekamar Aksa langsung membuka pintu kamar Aksa tanpa mengetuk terlebih dahulu, disaat pintu terbuka, mereka dikejutkan dengan pemandangan didalam kamar. Dimana sepasang manusia tampak sedang berciuman, dirumah orangtuanya? Gila!! bagaimana mungkin mereka berdua ini nekat melakukan hal semacam itu? itulah kenapa kalau ada tamu lawan jenis, pintu kamar sebaiknya dibuka. 

A Partner to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang