STAY II

40 3 0
                                    


Phase 1

Arlyn

Arlyn tak langsung menuju rumahnya ketika ia sampai di Indonesia, ia langsung bergerak menuju rumah orangtua Jevan, menurut Dria yang mendapat info dari Erga, Jevan memang dirawat dirumah orangtuanya, seperti yang kita ketahui, Jevan sangat takut Rumah Sakit.

Sampai saat ini Arlyn belum menanyakan kenapa Dria bisa punya kontak Erga, duh!

"Eh, Lyn. Mau jenguk Bang Jevan, ya? ada dikamarnya, ya, tau kan kamarnya dimana? yang ada lukisan gitar dipintunya," Jevin menyambutnya saat ia tiba dirumah Jevan.

"Thanks, tapi kok rumah sepi? Papa sama Mama kemana?" tanya Arlyn ketika menyadari rumah yang kosong,

"Lagi ke Bogor, Papa sama Mama belum tahu kalau Bang Jevan kecelakaan, jangan dikasih tau ya, mereka lagi ada urusan disana." Kata Jevin memohon, Arlyn mengangguk, setelahnya ia segera bergegas naik kelantai 2 dimana kamar Jevan berada.

"Orang-orang ngirain gue gila kali, mau ditolongin tapi teriak-teriak jangan dibawa ke Rumah Sakit." Arlyn bisa mendengar suara Jevan dari luar kamarnya,

Kok sepertinya baik-baik aja, ya?

"Somplak sih lo, lain kali nggak usah berkendara lah kalau kondisi lo kurang fit." ada suara pria lain yang menyahuti ucapan Jevan, Arlyn memutar kenop pintu dan mendapati Jevan yang sedang berbaring dikasurnya, ada tiang infus disamping kasur tersebut dimana jarumnya menempel ditangan Jevan saat ia berhasil membuka pintu kamar, ada pria lain yang sangat mirip dengan Jevan sedang duduk disampingnya sambil memegang piring kosong, sepertinya pria itu baru saja membantu Jevan untuk makan malam.

Sebenarnya terlalu telat nggak sih ngasih makan orang sakit di jam segini? Udah setengah 10 loh.

Mereka tampak terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka,

"Lyn," Jevan menyebut namanya dengan nada suara tak percaya, jelas tidak percaya, Arlyn sudah menghilang selama 5 hari. Arlyn segera menghamburkan dirinya kearah Jevan, dia dapat melihat banyak luka ditubuh Jevan, sepertinya kecelakaannya tidak terlalu besar hanya saja ia mampu membuat Jevan terbaring dikasurnya dan dipenuhi luka-luka.

"What happened?" Tanya Arlyn, ia duduk disamping Jevan dan menatapnya dengan khawatir,

"Pertanyaan lo aneh banget, udah tau kecelakaan, masih aja ditanya apa yang terjadi." pria disamping Arlyn itu menjawabnya dengan nada tak suka

"Nggak usah sensi gitu, deh, calon bini gue ini." Jevan menegur pria itu,

"Oh, dia yang bikin lo uring-uringan sampe 4 hari gegara nggak ada kabar? hebat banget. Gue tinggal deh, biar waktu kalian nggak terganggu. Minum obatnya, jangan dibuang. Kagak sembuh-sembuh baru tau rasa lo." pesan si Pria itu lagi, ia membawa nampan bekas makan keluar dari kamar Jevan, meninggalkan pria itu dan Arlyn berduaan.

"Rajev, anak pertama dari kembar 3, baru pulang dari Bandung kemaren." Jevan mengenalkan Rajev kepada Arlyn dengan suara tidak niat, sepertinya dia marah.

"hey, listen! I'm sorry for didn't contact you, tapi aku disana sibuk banget, yank. Aku sama sekali nggak pegang Hp sampai tadi pagi mau pulang, But are you okay?" Arlyn berusaha menjelaskan, ia tidak berbohong tapi ia tidak berkata jujur juga. Ia sibuk tapi dia memang sengaja tidak menghubungi Jevan dan keluarganya, benar kata Jake, dia itu sibuk meng-ghosting Jevan.

"Jika kamu bertanya tentang kondisi fisikku, yeah, Aku baik-baik aja dengan segala bekas luka dan jarum infus ini, tapi jika kamu bertanya soal hatiku, maka aku lagi nggak baik-baik aja. Dimana ada calon suami yang baik-baik aja ketika calon istrinya hilang tanpa kabar selama 4 hari? Kalau Kamu masih di Indonesia sih nggak apa-apa, Aku masih bisa nyusulin, lah ini diluar negeri, tega banget emang. Tapi thanks udah mau pulang sebelum waktunya untuk melihat Aku, aku nggak tau mau sampai kapan kamu akan menghilang kalau saja aku tidak kecelakaan, apakah aku harus bersyukur untuk itu?" Jevan mengungkapkan semua isi hatinya kepada Arlyn.

A Partner to StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang