21. Last Day the Exam

189 23 2
                                    

Lisa, dan Rika menghembuskan nafasnya dengan sangat lega saat keluar dari ruang ujian karena hari ini ujian terakhir, dan setelah itu tinggal menunggu pengumuman kelulusan.

Hana yang baru saja menghampiri mereka berjingrak-jingkrak kesenangan. "Yeee... Akhirnya selesai juga, dan gue bersyukur karena bisa jawab."

"Bisa jawab semua?" tanya Rika meyakinkan.

"Sebagian." Hana menunjukkan cengiran kudanya.

"Gue kira bisa jawab semua, dan gue udah berencana selamatan, dan bikin nasi tumpang tujuh warna kalau lo tadi jawab bisa semua," jenaka Rika.

"Masih untung gue bisa jawab."

"Ya, benar. Masih untung otak lo masih bekerja dengan baik."

"Gue 'kan kadang-kadang doang telminya."

"Iya kadang-kadang doang, tapi sekali telmi bikin gue darah tinggi mulu."

Lisa yang melihat perdebatan dua temannya itu menatap jengah. Ia berdiri ditengah-tengah antara Rika, dan Hana, setelah itu ia menggandengannya. "Yaudah, sih. Ribut mulu. Mendingan kita ke mal."

"SETUJU!" kata Hana, dan Rika dengan semangat.

Mereka bertiga menyusuri koridor untuk menuju ke mobil Rika yang terparkir di parkiran sekolah.

"Eh, itu mereka berempat barengan datangnya?" tanya Rika saat melihat Dista, dan teman-temannya berjalan ke arahnya.

"Kata Dista, mereka hari ini barengan, dan pakai mobil Eky," ujar Lisa.

Rika mengangguk-angguk paham. "Sini salim dulu, dan minta restu sama kembarannya. Biar lo bisa jawab," kata Rika sambil mengulurkan tangannya pada Dion saat mereka berhadapan.

Dion menoyor kepala Rika. "Enggak ada sejarahnya kakak salim, dan minta restu sama adiknya. Mabok lo!"

"Justru karena enggak ada, makanya gue mau buat sejarah baru. Biar kita bisa masuk ke dalam buku sejarah Indonesia."

"Gue ikutan, Rik, biar terkenal sepanjang sejarah." Eky mengambil tangan Rika dan menyaliminya.

Rika menepuk-nepuk puncak kepala Eky saat menyaliminya. "Ini namanya anak Bunda. Sudah berkembang, dan sedikit pintar."

Dion mengelus-elus dadanya melihat tingkah laku teman, dan adiknya ini. "Enggak teman, enggak adik, sama begonya."

"Eky, jangan turutin kelakuan Dion, ya, Nak," kata Rika seolah-olah menasihati anaknya.

Eky mengangguk patuh. "Iya, Bunda. Eky enggak akan turutin Dion karena Dion itu jelmaan setan, Bunda."

"Benar banget kamu, Nak."

"Aduh!" ringis Rika, dan Eky saat mereka dijitak oleh Dion secara bergantian.

"Lo berdua yang jelmaan setan!" kata Dion sambil mendelik tajam ke arah Eky, dan Rika.

"Udah! Cepetan keruangan," kata Dista melerai.

Untuk hari terakhir ujian, anak-anak jurusan IPS mendapatkan sesi ke-2 karena SMA Angkasa membagi sesinya selang-seling pada setiap jurusan. Misalkan, hari pertama anak IPS mendapatkan sesi ke-1, dan anak IPA mendapatkan sesi ke-2. Berarti besoknya mereka akan saling bertukar. Anak IPA menjadi sesi ke-1, dan anak IPS menjadi sesi ke-2.

"Bentar," ujar Rika. Kemudian ia bergelayut manja dilengan Dion. "Dion pinjam kartu debit lo dong. Gue mau ke mal sama Lisa-Hana."

"Emang sialan punya adik kayak lo! Habis nge-bully, minta kartu debit," cibir Dion. Tetapi, ia tetap mengeluarkan salah satu kartu debitnya, dan mengasihkan pada Rika.

PersistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang