Belakangan ini sepertinya rutinitas Dista sehabis pulang dari kantor selalu mengajaknya keluar untuk makan malam, pikir Lisa.
Seperti sekarang, mereka berdua baru saja selesai menikmati makanannya, dan pasti di lanjutkan keliling-keliling Jakarta tanpa ada tujuan yang jelas, hanya menikmati indahnya jalanan ibu kota dengan lampu khasnya dimalam hari.
"Andra udah pindah juga, Dis?" tanya Lisa.
"Belum, dia bareng aku."
"Andra masih usaha buat cari Dhira?"
Dista mengangguk. "Masih, berbagai cara dia usahain sampai sekarang."
"Bang Raka benaran nggak ngasih tahu sama sekali, ya?"
"Bang Raka emang nggak tahu juga. Nggak ada yang tahu keberadaan Bang Tian dan Dhira. Entah gimana bisa Bang Tian nutup semua akses buat mereka berdua," jelas Dista.
"Kasihan sama Andra," ujar Lisa.
"Anaknya sekarang selama ngurus Alfa Corporation jadi gila kerja banget," kata Dista. "Susah dihubungin kalau nggak didatangin langsung ke kantor," lanjut Dista.
"Tapi Andra pasti ada di kantor?"
"Kalau nggak ada urusan di luar kota, udah pasti di kantor. Udah jarang pulang juga dia ke apartement ataupun ke rumahnya."
"Lah? Terus Andranya tidur di kantor gitu?" tanya Lisa yang diangguki Dista.
"Kamu jangan gitu! Kalau udah sibuk sama kerjaan. Tetap sempatin pulang," kata Lisa.
"Kalau kamu ngilang kayak Dhira bisa jadi aku sama kayak Andra. Nyibukin diri biar nggak terlalu mikirin hal yang nyakitin," kata Dista.
"Padahal kan cowo gampang buat nyari cewek lain," kata Lisa.
"Nggak berlaku di aku," ujar Dista. "Kamu kebiasaan nyari penyakit duluan, ntar ujung-ujungnya kesal sendiri," lanjut Dista.
"Kan aku kesalnya bentar aja," kata Lisa.
Dista mencubit gemas pipi Lisa dengan sebelah tangannya yang bebas dari kemudi. "Ish, sakit, Yudista!" ujar Lisa.
"Iya, maaf, Sayang," ujar Dista sambil mengelus lembut pipi Lisa.
"Pulang, ya? Besok pagi aku ada meeting," ujar Dista yang diangguki Lisa.
Setelahnya tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka, Lisa asik memainkan handphone-nya, sementara Dista fokus mengendarai mobilnya. Sepanjang jalan menuju rumah Lisa, hanya diisi dengan suara musik dari tape mobil, yang sesekali membuat Dista ataupun Lisa bernyanyi.
"Dista awas!" ujar Lisa kaget tiba-tiba ada truk yang begitu laju menyerempet di sisi kursi penumpang yang diduduki Lisa.
Brakkk.
Mobil Dista kehilangan arah dan membentur trotar begitu keras sehingga membuat mobilnya terguling ke jalur sebelah. Hal itu juga membuat mobil mereka terseret beberapa meter dikarenakan mobil dijalur sebelah dikagetkan adanya mobil yang melintasi trotoar dengan keadaan yang sudah terbalik.
Kejadian tersebut membuat orang-orang di sekitar dengan cepat berbondong-bondong menolong mereka yang sudah tidak sadarkan diri dan juga sudah dipenuhi dengan darah yang bercucuran.
Tidak menunggu lama ambulan datang dan segera menuju rumah sakit terdekat dari tempat kejadian perkara. Mereka berdua langsung dilarikan ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk penanganan. Selama penanganan, di luar sudah ada Mita yang begitu cemas setelah menangani pasien mendapat kabar dari rekan sejawatnya yang bekerja di rumah sakit, kalau Dista menjadi korban kecelakaan dan dilarikan ke IGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...