"Lo cari bangku aja sana, biar gue yang pesanin," kata Lisa saat ia dan Hana sudah memasuki area kantin.
Mereka cuman berdua ke kantin karena Rika sedang mempunyai urusan dengan Dion, dan pastinya urusan tersebut tidak lepas dari yang namanya perdebatan. Hal itu mereka berdua lebih memilih untuk memisahkan diri dari Rika.
"Gado-gado sama es teh, Lis."
Lisa mengacungkan jempolnya, kemudian ia berjalan ke salah satu penjual yang menyediakan gado-gado.
"Mang, gado-gadonya dua, ya. Es tehnya juga dua."
"Siap, geulis."
"Mang, duduk di sana, ya," ujar Lisa sambil menunjuk ke arah Hana yang sudah mendapatkan tempat duduknya.
"Siap, ditunggu, Neng."
Lisa mengangguk. Setelah itu ia menghampiri Hana.
"Lo nggak ada dekatan lain gitu, Han. Biar lo nggak terus-terusan sakit hati sama Dion," ujar Lisa saat ia ikut bergabung duduk.
"Ada, cuman gue nggak srek sama dia."
"Ya, dicoba aja dulu gitu. Siapa tahu lama kelamaan lo merasa nyaman."
"Tahu, ah! Lagi malas gue bahas percintaan." Hana sambil mengacak rambutnya sendiri saat mengucapkan kalimat terakhir.
"Malasnya beberapa detik doang, entar tiba-tiba ngomong minta cariin jodoh," ledek Lisa.
"Benaran, gue kali ini lagi malas bahas percintaan," ujar Hana.
"Iya, deh. Bentar ya, Han. Gue mau ke toilet dulu. Lo tunggu di sini aja, ntar, kasian Mamang gado-gadonya nyariin kalau lo ikut gue."
"Jangan lama-lama," ujar Hana yang diangguki Lisa.
Lisa menuju ke toilet yang tidak jauh dari kantin. Saat baru saja memasuki toilet ia disambut oleh orang yang sangat amat tidak disukainya.
"Kayaknya keberuntungan hari ini berpihak pada gue," kata seseorang itu.
"Tahan dia," intruksinya kepada dua orang temannya.
"MAU LO APA SIH?!" teriak Lisa sambil memberontak untuk dilepaskan, tetapi sayang tenaganya kalah kuat untuk melawan dua orang yang memegangi tangannya untuk tidak melawan.
Plak...
Panas, sangat panas sekarang pipi Lisa akibat tamparan yang dilayangkan oleh Rara ke pipinya.
"Nggak ngerti-ngerti ternyata ya! Gue bilang jauhin Dista dan teman-temannya!" geram Rara kepada Lisa.
"DISTA PACAR GUE! NGGAK BERHAK LO SURUH GUE BUAT JAUHIN DIA! YANG SEHARUSNYA JANGAN DEKAT-DEKAT ITU LO!" Lisa benar-benar muak dengan cewek dihadapannya ini.
Plak...
Plak...
Bugh...Dua tamparan mendarat lagi dikedua pipi Lisa sangat keras, dan dorongan kuat yang membuat kepala Lisa membentur dinding.
"Cabut, girls," ucap Rara setelah melihat Lisa terduduk lemah di lantai.
"Gitu aja, Ra? Nggak seru banget," ucap salah satu teman Rara yang bernama Claudia.
"Heh! Kalau sampai dia pingsan atau meninggalkan bekas luka, yang ada kita dapat masalah!"
Claudia berdecak. "Ah, nggak seru! Yaudah, deh. Ayo, ke kantin, gue udah lapar."
Mereka bertiga meninggalkan Lisa yang masih terduduk lemas di lantai. Kepalanya terasa pusing, dan pipinya sangat-sangat perih. Rasa ingin membuang air kecil tadi seketika hilang digantikan oleh rasa sakit yang ia rasakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...