"Lisa sering-sering, ya, temanin Bunda jalan-jalan gini," ujar Mita kepada Lisa yang berjalan di sisi kanannya. "Soalnya Bunda sering sendirian kalau jalan-jalan."
"Gak bisa sering, Bunda. Kan ntar Lisa bakalan sibuk sama kuliahnya," ujar Dista menyahut yang berjalan di sisi kiri Mita.
Mita melirik sebentar anak bungsunya itu. "Bunda ngomong sama Lisa!"
"Lisa gak janji ya, Bunda," ujar Lisa dengan senyum manisnya.
"Iya, Sayang," ujar Mita dengan lembut.
Setelah berkeliling-keliling cukup lama, mereka bertiga memasuki salah satu ada restoran yang ada di mall tersebut. Mereka disambut dengan ramah oleh pelayan di sana.
"Untuk berapa orang, Ibu?" tanya pelayan tersebut.
"Untuk tiga orang," ujar Mita.
"Mari, saya antarkan." Pelayan mempersilakan berjalan terlebih dahulu kepada mereka bertiga setelah mendapat anggukan oleh Mita.
"Yang cukup untuk tiga orang tersisa empat meja ini saja, Ibu," ujar pelayan saat mereka sampai di tempat meja-meja yang masih kosong.
"Di sini saja, Mas," ujar Mita sambil menarik kursi yang tepat berada disampingnya.
Setelah Mita, Dista, dan Lisa duduk, pelayan memberikan buku menunya yang dari awal sudah ada ditangannya.
"Silakan, Ibu, Mas, dan Mba-nya." Setelah mempesilakan, pelayan permisi beranjak dari sana membiarkan mereka bertiga untuk melihat-lihat menunya.
Karena itu sudah menjadi aturan restoran di sini, setelah mengantarkan pengunjung ke meja dan memberikan buku menu, pengunjung dibiarkan untuk memilih-milih menu tersebut dengan leluasa tanpa merasa terganggu karena ditunggu. Kalau sudah memilih menu makanan, maka nantinya pengunjung akan memanggil kembali pelayan restoran tersebut.
Beberapa saat mereka memilih-milih makanan, Mita mengangkat tangannya sebagai tanda memanggil pelayan restoran di sana. Mita menyebutkan langsung pesanan mereka saat pelayan sudah berdiri di samping mereka.
"Ada tambahan lagi, Ibu?" tanya pelayan setelah mengulang menyebutkan pesanan.
"Itu saja dulu."
"Baik, Ibu. Mohon di tunggu," ujar pelayan yang diangguki Mita, setelah itu pelayan tersebut permisi untuk beranjak dari sana.
"Jadi kamu kuliah di mana?" tanya Mita pada Lisa.
"Masih belum tahu, Bunda. Lisa soalnya daftar didua universitas."
"Luar negeri keduanya?"
"Satu PTN di Indonesia, Bun."
"Bakalan LDR-an dong sama Dista, ya."
"Ya, mau gimana lagi Bunda."
"Kalau nantinya bakalan ada yang jauh lebih dari Dista, dan selalu ada buat kamu, kamu terima aja dia, Lis," ujar Mita sambil melirik jahil ke arah anaknya.
"Bunda apa-apaan sih!" kesal Dista.
"Saran yang bagus, Bunda. Nanti Lisa pertimbangkan dengan baik saran Bunda." Lisa terekeh.
"Gampang sih kalau urusan begitu, aku ntar di sana juga bisa cari cewek lain," ujar Dista enteng.
"Belum apa-apaan udah kemakan omongan sendiri," cibir Lisa.
"Kemarin ada yang bilang gini, 'Aku enggak mungkin selingkuhin kamu,' gitu katanya, Bun," ujar Lisa mencari pembelaan ke Mita.
"Enggak usah ikut-ikut abang kamu, Dis," tegur Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...