Selesai menikmati makanannya, Lisa mendapatkan notifikasi pesan dari Dista. Hal itu membuat Lisa bingung, padahal Dista sekarang duduk di seberangnya, kenapa enggak ngomong langsung.
Lisa menatap Dista penuh tanda tanya. Dista yang paham dengan tatapan Lisa, ia menggoyang-goyangkan handphone yang ia genggam. Mengartikan kalau bicarainnya lewat chat aja.
Pesan pertama dari Dista ia balas 'kenapa?' karena Dista cuman mengirimkan pesan namanya.
Dista : Pulang sekolah temanin pemotretan.
Ternyata ekspetasi Dista salah, Dista mengira Lisa akan menolak ajakannya.
Lisa : Ok. Lo kenapa nggak ngomong langsung? Padahal lo ada di hadapan gue, teman-teman lo juga udah tahu kalau lo model
Dista : Bukan masalah itu, tapi malas ngomong
Lisa yang mendapat balasan seperti itu langsung menatap Dista. Ia benar-benar bingung apa yang ada di pikiran cowok yang duduk di sebarangnya ini. Padahal 'kan kalau memberi tahu gitu secara langsung enggak sampai lima menit.
Dista : Kenapa natap kayak gitu, Sayang? Ada yang salah dari aku?
Sehabis membaca pesan baru dari Dista, Lisa menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Dista yang melalui chat.
"Lo berdua kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin kode-kodean mulu?" ujar Rika.
"Mereka berdua aneh, Rik, masa iya duduk berseberangan gini ngomongnya lewat chat," ujar Hana yang dari awal emang melirik ke layar handphone Lisa yang menampilkan roomchat-nya dengan Dista.
Lisa mendelik tajam ke Hana yang duduk di sampingnya. "Lo ngintip chat-an gue sama Dista, ya?!"
"Enggak sengaja kelihat, yaudah di terusin aja." Hana menyengir kuda.
Rika sehabis mendengar ucapan dari Hana, ia hanya mengeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Dista. Ia tahu betul sifat Dista yang benar-benar irit bicara. Dista baru bicara kalau itu menurutnya penting saja.
"Bangsat! Minuman apa nih pedas banget?!" Eky langsung meminum minuman milik Dion, ia tidak peduli kalau habis ini kena sumpah serapah oleh Dion, yang terpenting sekarang adalah tenggorokannya.
"Es jeruk cabe. Seharusnya lo biasa aja minumnya. Bukannya lo suka sama cabe-cabean?" ujar sang pelaku, yaitu Andra. Ia memasukkan sambal ke minuman, ketika Eky fokus dengan layar handphone-nya.
"Mulut lo pedas banget," kata Lisa spontan yang membuat Andra langsung menatapnya tajam.
"Jaga mulut lo! Enggak usah urusin hidup orang! Urus aja hidup lo yang mempermainkan perasaan orang!" kata Andra dengan datarnya.
Lisa tersulut kesal mendengar ucapan Andra. "Maksud lo gue mempermainkan Dista? Gue sama sekali enggak ada mempermainkannya!"
"Terima dia sebagai pacar, tapi perasaan lo sebatas teman? Itu disebut enggak mempermainkan? Bodoh banget ya teman gue pilih cewek kayak lo!" ucap Andra sarkas.
"Udah, Lis. Andra nggak usah diladenin omongannya," tegur Dista.
"Daripada lo sama Tasya. Ngebaperin iya, disuruh jadian nggak mau!" ujar Lisa tak mau kalah, dan tidak mendengarkan ucapan Dista.
"Baperin dari mana? Dari perhatian? Perhatian gue wajar sebagai sahabatnya!"
Lisa berdecak. "Tapi, lo enggak tahu akibat dari perhatian lo itu!"
"Udah sih! Kenapa jadi berantem gini. Andra mendingan tanyain Tasya, entar pulang sekolah dia ikut kumpul nggak?" Ujar Rika menengahi.
"Enggak katanya, lagi ada acara keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...