42. New Boyfriend?

25 3 1
                                    

"Lis, Lisa. Tunggu!"

Lisa memberhentikan langkahnya dan menoleh kesumber suara. "Naka?"

"Udah mau pulang?" tanya Naka berbasa-basi.

"Iya, gue mau balik. Emang kenapa, Ka?"

"Jadi gini, Lis. Gue ada tugas vidio yang memerlukan talent, lo mau jadi talent gue nggak?" ujar Naka yang merupakan anak jurusan Ilmu Gizi.

"Kenapa harus gue? Kan pasti banyak teman lo yang lebih paham, atau enggak Gaby, Abel atau Velia?" ujar Lisa heran dengan permintaan Naka.

"Mereka ribet, dan lo lebih cocok."

"Gue kelihatan kurang gizi gitu jadi cocok buat talent lo?" tanya Lisa santai, tetapi membuat Naka gelagapan.

"Enggak-enggak gitu maksud gue, Lis. Gue lihat lo anaknya enak diajak kerjasama gitu."

Lisa terkekeh. "Iya, gue bercanda, Ka."

"Jadi lo mau?" tanya Naka memastikan.

"Boleh. Kapan?"

"Kalau sekarang bisa nggak? Soalnya lebih cepat lebih baik kan."

Lisa melihat jam tangan yang ada dipergelangan tangannya. "Oke, bisa."

"Ikut mobil gue aja, sekalian gue jelasin konsepnya," ujar Naka yang diangguki Lisa.

"Nggak ada yang marah kan, Lis?" tanya Naka sesampainya mereka di dalam mobil.

"Kan gue mau nolongin tugas lo," ujar Lisa apa adanya yang diangguki Naka.

Sambil fokus mengendarai mobilnya, Naka juga menjelaskan konsep yang akan diperankan Lisa nantinya. Konsep yang sangat mudah bagi Lisa.

Sampai di tempat pengambilan video, di kafe Sinestesia, mereka langsung menjalankan yang sudah terkonsep, dan Naka tidak sendiri, ia juga di bantu oleh temannya untuk pengambilan video, sementara Ia dan Lisa yang menjadi talent.

"Good job, Lis. Thanks, ya," kata Naka mereka selesai. "Nggak salah pilih gue."

"Sama-sama, Ka."

"Yaudah, kita makan dulu," ajak Naka.

"Gu..." ujar Lisa yang langsung disergah Naka. "Nggak ada penolakan, Lis."

"Sebagai bentuk rasa terima kasih gue," lanjut Naka dengan penuh harap.

Dengan pertimbangan yang cepat, Lisa mengangguk. "Baiklah."

"Tunggu dulu, ya, tadi udah gue pesanin kok," ujar Naka yang duduk di seberang Lisa.

Mereka tinggal berdua, sementara teman Naka yang membantu tadi ia balik terlebih dahulu, karena ia saat berpamitan mengatakan kalau ada tugas yang harus ia selesaikan juga secepatnya.

"Iya, Ka."

"Nggak kerasa, ya, Lis kita kuliah udah mau masuk semester 5. Kayak cepat banget gitu," ujar Naka memulai obrolan.

"Dipikir-pikir, benar nggak kerasa. Tapi, pas dijalanin kerasa banget, karena tugas nggak berhenti-berhenti," ujar Lisa.

"Semangat calon Bu dokter," kata Naka. "Kalau lo jadi dokternya gue rela deh sakit tiap hari."

Ucapan Naka tersebut membuat Lisa tersenyum canggung. Selama kenal dengan Naka, baru kali ini berbicara intens bersamanya, sebelumnya ia bertemu ataupun berinteraksi dengan Naka saat ia berkumpul dengan teman-teman Velia saja. Saat berkumpul pun Lisa lihat Naka orang yang sedikit pendiam, saat berbicara pun ia tipe orang nyelekit.

"Makan dulu, Lis," ujar Naka saat waiters mengantarkan makanan pesanan mereka, lebih tepatnya makanan yang dipesankan oleh Naka.

Hanya terdengar dentingan garpu dan sendok yang beradu dengan piring selama mereka berdua menikmati makanan.

PersistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang