"Rumah siapa?" tanya Dista setelah memberhentikan mobilnya di depan gerbang rumah yang begitu besar dan mewah dengan desain eropa modern.
"Rumah yang aku tempati dulu," ujar Lisa.
Sehabis pulang sekolah tadi Lisa meminta Dista untuk mampir ke suatu tempat terlebih dahulu, dan tempat yang ia maksud ialah rumahnya dulu. Rumah yang penuh banyak kenangan.
Gerbang rumah terbuka dengan sistem remote control yang ada di-handphone Lisa. Dista menjalankan kembali mobilnya untuk parkir di pekarangan rumahnya. Setelah terparkir, mereka keluar dari mobil dan berjalan untuk menuju pintu masuk.
Lisa menempelkan ibu jarinya di tempat sensor smartdoor, dan saat pintu terbuka langsung disambut suara heboh oleh salah satu asisten rumah tangga yang tinggal di sana.
"Astaga, Non Lisa! Non Lisa sekarang tambah cantik banget. Gimana kabar, Non Lisa? Baik-baik aja kan? Terus sekarang gimana kabarnya Darmi sama Budi? Bibi kangen banget sama mereka, sama, Non Lisa juga."
"Lisa baik kok, Bi. Bi Darmi sama Pak Budi juga baik. Lisa juga kangen sama Bi Siti. Bibi sendiri sehat kan?"
Siti mengangguki pertanyaan Lisa. "Bibi sehat, Non."
Lisa tersenyum tipis membalas ucapan Siti.
"Oh iya, Non. Di samping, Non siapa?"
"Dista, Bi. Pacar Lisa."
"Saya Dista, Bi," ucap Dista sambil tersenyum.
"Saya Siti, panggil aja Bibi Siti," ujar Siti diangguki Dista.
"Kalau gitu Bibi ke dapur dulu ya, buat masakin kalian. Non Lisa juga udah lama banget kan nggak makan masakan Bi Siti? Jadi, Bi Siti mau masakin yang spesial buat Non Lisa."
Lisa mengangguk. "Iya, Bi."
"Bibi permisi, Non," ujar Siti yang diangguki Lisa lagi. Setelah Siti beranjak menuju dapur, Lisa juga ikut beranjak.
"Jadi, Bi Siti sama Bi Darmi itu saudara, mereka berdua kerja di rumah udah dari aku kecil, tapi duluan Bi Darmi si. Bi Darmi kerja disini udah dari aku masih dalam perut," ujar Lisa menceritakan ke Dista sambil berjalan ke arah suatu ruangan.
"Jadi, Bi Siti yang urus rumah ini?" tanya Dista yang di samping Lisa sambil mengikuti langkahnya.
"Iya, Bi Siti sama beberapa asisten rumah tangga lainnya."
Saat Lisa membuka pintu sebuah ruangan, Dista disuguhkan berbagai macam lukisan yang menempel pada dinding maupun tiang dalam ruangan tersebut.
"Aku kalau di rumah ini dulu, sering habisin waktu di sini."
"Semuanya kamu yang lukis?" tanya Dista sambil terus mengikuti langkah Lisa menuju pintu yang ada dalam ruangan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...