"Ngedip Yudista. I know i'm so beautiful, Dis," ujar Lisa percaya diri pada Dista yang tidak berkedip sejak ia membukakan pintu rumah.
Dista merasa heran kenapa kekasihnya ini selalu cantik dengan model pakaian apapun, padahal Lisa juga memakai make-up yang sangat tipis. Pasalnya menurut Dista, Lisa tidak ada bedanya saat ia memakai make-up ataupun tidak memakai make-up. Tidak lupa juga Dista terheran-heran dengan Lisa, kenapa bisa Lisa se-simple ini tapi waktu ia prepare bisa berjam-jam, tapi sudah lah pikir Dista, maklumi saja, namanya juga cewek.
"Kamu jadi ajak aku atau enggak?" tanya Lisa lagi memecah lamunan Dista yang berdiri di hadapannya.
"Jadi, Sayang. Ayok!" Dista menggandeng Lisa menuju mobilnya, tidak lupa juga ia membukakan pintu mobil buat Lisa.
"Aku gugup, Dis, ketemu Kakek-Nenek kamu," ucap Lisa saat Dista sudah masuk ke dalam mobil.
Dista menjalankan mobilnya menuju ke tempat makan malam bersama Kakek-Neneknya. Perihal Lisa di bawa makan malam bersama juga perintah Rani yang disetujui Dista dengan senang hati. "Gambarannya, Kakek itu sama kayak aku sedangkan Nenek bawel sama kayak Bang Raka," ujar Dista.
"Kamu nanti jangan cuekin aku!"
"Emang aku pernah nyuekin kamu?"
"Pernah. Tapi, itu karena sibuk kerjaan sih."
"Aku nggak sibuk sama kerjaan pernah nggak nyuekin kamu?"
"Seingat aku nggak pernah."
"Yaudah, bagus kalau kamu ingat aku yang baik-baiknya aja."
Lisa mendengus. "Kata siapa Yudista, mau aku buka kartu kamu yang jelek-jeleknya?"
"Coba sebutin apa aja?"
"Sejak awal pacaran, kamu itu pemaksa! Pemaksanya juga sampai sekarang! Terus, kalau aku salah kamu suka nyindir-nyindir! Terus..." belum selesai Lisa melanjutkan ucapannya, Dista menginterupsi.
"Terus belok kanan dan sampai," ujar Dista yang dihadiahi pukulan dilengannya oleh Lisa.
"Nah kan, menyebalkan!"
"Benaran udah sampai, Sayang," kata Dista sambil memberhentikan mobilnya diparkiran.
"Sebentar, Dis, jangan turun dulu. Aku udah rapi kan? Make-up aku nggak ketebalan kan? Rambut aku gimana?" tanya Lisa.
"Udah perfect. Cantik banget."
Lisa memukul pelan lengan Dista. "Dih, gombal!"
Dista hanya menggelengkan kepalanya melihat Lisa yang sedikit salah tingkah. Lalu ia keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Lisa.
"Are you ready Ms. Abqary?"
"I'm always ready Mr. Freano," ucap Lisa sambil keluar dari mobil, lalu menggandeng Dista.
"Always ready? Seriously? Married to me?" tanya Dista.
"Ntar, Dista," ujar Lisa yang dijawab Dista dengan deheman.
"Selamat malam Tuan dan Nyonya, apakah sudah reservasi?" tanya pelayan restoran.
"Freano family," ucap Dista.
"Baik, Tuan. Mari saya antar," ujar pelayan mempersilakan Dista dan Lisa berjalan terlebih dahulu.
Pelayan restoran membawa mereka berdua menuju private room dinner. "Silakan, Tuan dan Nyonya," kata pelayan setelah membukakan pintu ruangan.
"Terima kasih," ucap Dista. Lalu, ia dengan Lisa berjalan menghampiri keluarganya yang sudah berkumpul.
"Akhirnya dua sejoli yang ditunggu-tunggu datang juga," ujar Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...