14. Sakit

273 23 2
                                    

Entah kenapa sehabis pulang sekolah tadi badannya begitu lemas, dan merasa pusing. Padahal ia juga sudah mengisi perutnya waktu makan malam tiba. Tidak lupa juga sehabis makan tadi ia meminum obat pereda sakit kepala.

Lisa sedikit bernafas lega kalau besok itu adalah hari sabtu, jadi ia tidak perlu pusing memikirkan absensi kehadiran, dan masalah kelas tambahan untuk persiapan ujian misalkan keadaannya besok masih lemas seperti sekarang.

Semua aktivitas akademik di SMA Angkasa hanya aktif sampai hari Jum'at, sedangkan hari sabtunya dijadwalkan untuk ekstrakulikuler, dan berhubung Lisa sudah kelas XII, jadwal ekstrakulikuler itu sudah tidak berlaku lagi karena jadwal ekstrakulikuler itu hanya diwajib 'kan sampai dengan kelas XI, kecuali untuk sebagian murid kelas XII yang masih menyelesaikan jabatannya disalah satu organisasi atau menyelesaikan lomba-lomba terkahirnya.

Lisa yang berbaring di ranjangnya memeriksa handphone-nya sebentar yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Ia membuka chat grup dengan teman-temannya terlebih dahulu karena Dista emang lagi tidak aktif dari sore tadi disebabkan oleh urusan kantor ayahnya yang mengharuskan untuk dia selesaikan.

Rika: @Alisa Abqary Temanin gue jemput Hana, ya. Dia lagi di kafe sendirian karena ditinggalin doi barunya.

Hana: Buruan! Jangan lama!

Lisa: Kok bisa ditinggalin?

Rika: Entar aja gue ceritain, sekarang lo siap-siap.

Lisa: Gue enggak bisa. Lagi lemas banget badan gue.

Rika: Lo sakit?

Hana: Sakit apa, Lis?

Hana: Buruan, Rik, jemput gue. Habis itu baru kita ke rumah Lisa.

Ia kembali meletakkan handphone-nya setelah tidak ada lagi pembahasan dari grup mereka bertiga, dan ia berpikir untuk menjawab pertanyaan dari temannya nanti saja. Toh, mereka akan datang ke rumahnya juga.

Saat ingin memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. "Masuk!"

"Lis, lo sakit apa?" tanya Rika yang sudah sepenuhnya masuk kamar Lisa dengan diiringi Hana di belakangnya.

"Kayaknya gue cuman kecapean aja," ujar Lisa sambil bangun dari rebahannya dan bersandar pada kepala ranjang.

"Kok kalian cepat banget sampainya?"

"Kafenya emang enggak jauh dari komplek lo," ujar Hana.

Lisa mengangguk.

"Lo udah minum obat?" tanya Rika yang diangguki Lisa lagi.

"Dista tahu kalau lo sakit?" tanya Hana.

Lisa menggeleng. "Dia sore tadi tiba-tiba ada urusan di kantor bokapnya. Jadi, gue nggak mau kasih tahu, dan nggak mau ganggu dia."

Rika dan Hana mengangguk paham.

"Yaudah, kalau gitu kita pulang dulu aja ya, biar istirahat lo nggak keganggu. Gue juga mau antar balik Hana dulu soalnya." Rika menatap Hana jengah. "Nih, anak nyusahin, tiba-tiba telpon tahunya minta jemput gara-gara ditinggalin doi barunya karena pacar si doi mergokin selingkuh sama si Hana."

"Gue belum jadian sama dia, dan gue juga kan nggak tahu kalau dia udah punya pacar," ujar Hana membela diri.

"Iyadah, terserah apa kata lo. Sekarang kita pulang aja, ya, Lis. Biar lo bisa istirahat. Cepat sembuh lo."

Setelah Rika dan Hana sudah menghilang dibalik pintu. Pintunya juga kembali tertutup rapat ia kembali tiduran dan mulai memejamkan matanya.

Dalam sepanjang malam tidurnya sangat gelisah, bahkan ia merasa begitu sangat kedinginan. Padahal suhu AC-nya sudah ia naikkan dan sudah memakai jaket serta berselimut saat ia terbangun tadi.

PersistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang