39. Bertemu

41 2 1
                                    

"Lis, udah dong nangisnya. Gue bingung harus gimana kalau lo enggak mau berhenti nangis gini," ujar Raka pada Lisa yang terus sesegukkan dengan tangisnya.

"Mungkin kalau waktu itu Dista nggak usah ajak aku keluar, keadaan Dista enggak gini," ujar Lisa menyalahkan dirinya.

"Jangan nyalahin diri lo gitu. Sekarang kita balik ke kamar aja, ya," bujuk Raka kesekian kalinya pada Lisa yang sedari tadi betah memperhatikan Dista yang terbaring dengan alat-alat terpasang di badannya.

Lisa menggeleng lemah yang duduk di atas kursi roda. "Aku masih mau di sini."

"Kondisi lo belum pulih banget, Lis!"

"Aku mau nemanin Dista di sini, Bang."

"Dista juga bakalan enggak suka, Lis, lo kayak gini!" Raka menghela nafasnya. "Besok bisa ke sini lagi."

"Kalau Abang capek, tinggalin aja aku sendiri di sini."

Kali ini Raka menghela nafasnya kasar. Sedari tadi kesabarannya yang begitu tipis sangat di uji oleh Lisa. "Kondisi lo belum pulih banget, Lis! Ini kalau Abang ketahuan Bunda bawa lo ke ruangan Dista, Abang kena marah sama Bunda," ujar Raka dengan nada sedikit kesalnya.

"Iya, balik ke kamar," kata Lisa membuat Raka bernafas lega.

"Hapus tuh air mata," ujar Raka sambil mendorong kursi roda Lisa. "Dasar, cewek."

"Kenapa cewek?!" tanya Lisa ketus.

"Banyak drama."

"Daripada banyak cewek."

"Jangan langsung di ulti gitu dong."

"Yeu, Bang Raka di ulti aja enggak mempan. Apalagi enggak di ulti," ledek Lisa.

"Bawel, diam! Lo lagi sakit."

"Gue enggak bisu!"

"Gue-gue. Gue kutuk lo jadi pacar gue."

"Mendingan gue di kutuk jadi batu daripada dikutuk jadi cewek lo."

"Yaudah, naik sana sendiri ke brankar," kata Raka saat mereka berdua sudah di ruangan rawat inap Lisa dan di samping brankar Lisa.

"Gue aduin Bunda, lo!"

Raka memapah Lisa menaiki brankar. "Itu Bunda gue!"

"Tapi Bunda juga udah nganggep gue anak dia," ujar Lisa tak mau kalah.

"Baru calon. Kalau lo nggak jadi sama Dista, nggak jadi anak Bunda," ujar Raka yang membuat mood Lisa menurun.

"Hm," gumam Lisa lalu ia berbaring di atas brankarnya dan masuk ke dalam selimut.

Hal tersebut malah mengundang gelak tawa Raka. "Yah! Ngambek!" Raka menarik selimut yang menutupi muka Lisa. "Jelek banget lo kalau ngambek."

"Pergi sana," usir Lisa sambil menarik kembali selimut untuk menutupi mukanya.

"Gue aduin Bunda, lo," kata Raka menirukan gaya Lisa.

"Bodo amat," ujar Lisa dibalik selimut.

"Enggak usah lama-lama lo ngambek! Gue mau tidur dulu," ujar Raka sambil berjalan ke arah sofa.

Saat tidak terdengar suara dari Raka, Lisa menyibakkan selimut dari mukanya, dan bertepatan dengan ketukan pintu ruangannya.

"Masuk," kata Lisa.

"ASTAGA, LIS, LO ENGGAK KENAPA-KENAPA KAN?!" pekik orang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

"Teriakan lo bikin mayat bangun," ucap Raka dengan mata terpejamnya.

PersistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang