Caitlin menatap Blair tajam. Seperti biasa, Blair bertindak seenaknya tanpa dia perintah. Caitlin sangat kesal, dia terkejut saat taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah sakit. Karena Caitlin masih shock dan sibuk dengan pikirannya, jadi dia tidak tahu kapan Blair mengubah tujuan mereka.
“Ini demi kebaikanmu, kau perlu diobati!” Okay, sekarang Blair mengomelinya lagi. Blair sudah seperti Alana, Ibunya.
“Aku baik-baik saja, luka seperti ini aku juga bisa mengobatinya sendiri.” balas Caitlin ketus, secara tidak langsung sudah menyindir Dokter yang sedang membersihkan lukanya.
Caitlin mendapat luka lecet yang kecil di lengan kiri dia. Tidak parah sama sekali, tapi Blair melihat luka itu bagaikan luka yang sangat mengerikan. Caitlin yang menjadi pemilik tubuh saja tidak mempermasalahkan hal itu. Blair terlalu berlebihan.
“Selesai.” kata Dokter yang mengobati Caitlin, setelah menempelkan plester ke lukanya.
“Thank you.” balas Caitlin, lalu berdiri.
Caitlin langsung keluar, tanpa menunggu Blair yang masih harus menyelesaikan administrasi. Buang-buang waktu saja, ingin sekali Caitlin mengirim Blair pulang ke Boston agar dia bisa bebas di sini sendirian. Tapi Tom tidak akan membiarkannya tanpa pengawasan.
Caitlin sudah berdiri di luar gedung rumah sakit, dia mendongak—melihat langit yang mendung, salju kembali turun. Tatapan Caitlin menjadi sendu, dia mengangkat sebelah tangan, membiarkan butiran salju mengenainya.
Astaga, kenapa di saat seperti ini Caitlin selalu merasakan perasaan itu? Caitlin masih sangat ingat kejadian tiga belas tahun yang lalu, saat dia terbangun dari koma, salju sedang turun dengan lebat. Waktu itu dia tidak sadarkan diri selama satu minggu, setelah dia bangun yang dia lihat hanyalah kedua orangtuanya, tidak ada Frans di sana. Pria itu pergi.
Frans meninggalkannya tanpa pesan, itu yang membuat Caitlin sangat sedih dan sakit hati. Dia semakin menjadi pribadi yang dingin, pendiam, dan tidak suka bersosialisasi. Haruskah dia bersyukur karena Frans baru memberitahu kalau Caitlin pernah keguguran saat itu? Karena sekarang rasanya tidak sesakit dulu, walau cukup membuat dia frustasi dan sedih.
Wajah Caitlin sudah banjir air mata, beberapa orang yang lewat dari hadapannya menatap dia bingung. Caitlin tidak peduli, seakan-akan hanya ada dia di dunia ini. Meluapkan kesedihan yang kerap kali menghampirinya.
“Cait, ayo kita kembali ke hotel,” ajak Blair, Caitlin hanya terdiam, tatapannya masih tertuju ke langit.
Blair menoleh dan betapa terkejutnya saat dia mendapati Caitlin sedang menangis. “Cait, kau tidak apa-apa? Apa luka tadi terlalu sakit? Kau tidak apa-apa, kan?” tanya Blair, sambil mengguncang bahu Caitlin.
Caitlin tersadar, kemudian cepat-cepat menghapus air matanya. Dia menatap Blair dan tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja, tidak usah khawatir.” jawab Caitlin, dan kembali berjalan bersama Blair.
“Lalu kenapa kau menangis?” tanya Blair.
“Hanya teringat... kenangan masa lalu.” jawab Caitlin, sambil tersenyum. Dia harus bisa melewati semua ini.
Mereka memberhentikan taksi lagi dan kembali ke hotel. Saat ini Caitlin butuh istirahat, apapun yang terjadi padanya akhir-akhir ini sangat melelahkan. Dia hanya ingin melupakan masalah-masalah itu sejenak.
🍁🍁🍁
Frans membanting pintu ruangan tempat teman-temannya berkumpul, sekarang tempat itu sudah ada Marco dan Lucas. Keenam orang itu terkejut melihat Frans yang sudah pasti tidak baik-baik saja. Raut wajah pria itu memang tenang, tapi mereka tahu pasti sudah terjadi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...