Tiga belas tahun yang lalu....
Frans turun dari mobil, menatap mansion besar yang ada di hadapannya datar. Percayalah, dia tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat terkutuk ini kalau saja dia tidak terikat dengan tuan rumah. Bagaimanapun caranya, Frans harus bisa bebas dari orang itu. Pasti.
Dengan enggan, Frans melangkah ke teras dan mengetuk pintu, mansion ini sampai kapanpun tidak akan pernah dia anggap rumah. Lagipula, sejak Ibunya meninggal dia sudah pindah—kadang-kadang harus tinggal di sini kalau terpaksa, karena dia masih belum bisa lepas.
Entah ada masalah apa sampai dia dipanggil ke sini, sudah satu tahun lebih Frans tidak pernah datang. Ketika pintu terbuka, Frans langsung berhadapan dengan seorang wanita yang dibencinya. Istri baru Ayahnya—Lupita Murray, sekarang Lupita Salvatore, dengan kata lain wanita ini adalah Ibu tirinya, Frans tidak sudi mengakui hal itu sampai mati.
“Selamat datang Fransisco, apa kabarmu?” tanya Lupita, tersenyum sinis.
Frans hanya memasang wajah datar, tidak menjawab. Dia langsung masuk begitu saja. “Ayahmu sedang menunggumu di ruang kerjanya.” kata Lupita sambil mengekori Frans. Tapi laki-laki itu tetap tidak membalas ucapan wanita tersebut.
Tanpa diberitahu pun Frans sudah tahu kalau Ayahnya—dengan berat hati harus dia akui sebagai Ayah—ada di ruang kerja dia. Frans menelusuri lorong luas yang ada di sana, dia berhenti ketika ada seorang anak kecil yang menghalangi jalannya.
“Kakak Frans, kau sudah pulang?” tanya anak laki-laki yang baru berumur tujuh tahun itu, sangat senang melihat keberadaan kakaknya—kakak tiri.
Frans tersenyum kecil, tapi dia tidak mengatakan apapun dan kembali melanjutkan langkah. Frans tidak membenci anak itu, saudara tiri dia—anak dari Lupita dan Ayahnya, Dimitri Salvatore. Frans tidak mau menatap wajah sedihnya, kasihan sekali mereka memiliki Ayah bajingan yang sama. Mungkin hidup Dimitri lebih bahagia dari Frans.
Sampai di depan ruang kerja Chaiden Salvatore—Ayahnya, di mana di hadapan pintu ada tangan kanan pria itu, Mr.Pozzoli. Frans langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Orang di dalam sana yang menyuruh dia datang, jadi lupakan sopan santun dan tata krama. Dia sudah tidak menerapkan dua hal itu sejak lama.
“Tidak bisakah kau mengetuk pintu?” tanya Chaiden, tanpa menoleh dan fokus pada kertas-kertas yang ada di meja dia.
“Kau yang menyuruhku datang, jadi kau yang harus memperlakukanku dengan sopan.” balas Frans, sambil tersenyum sinis. Dia menyandarkan tubuhnya di salah satu rak buku. “So, katakan kenapa kau menyuruhku ke sini. Aku sibuk dan tidak suka membuang-buang waktu untuk mendengarkan omong kosong.” kata Frans, santai.
Chaiden tertawa, Frans tidak peduli. Orang ini selalu meremehkannya. “Aku menyukai sikap angkuhmu, sayangnya kau tidak berguna sama sekali.” kata Chaiden, Frans mendecih.
“Memangnya aku sudi digunakan olehmu. Tubuhku adalah milikku dan aku tidak akan membiarkan siapapun mengendalikanku. Tunggu saatnya tiba, kita lihat siapa yang berada di atas.” balas Frans, seketika Chaiden menggebrak meja kerjanya. Frans semakin terhibur melihat hal itu.
“Calm down, aku tidak kemana-mana, aku masih berdiri di sini. Sekarang langsung saja, katakan apa yang ingin kau katakan.” kata Frans, mulai berpindah ke sofa dan duduk di sana. Sofa yang nyaman, pikirnya.
Chaiden tersenyum miring. “Aku pastikan kau tidak akan bisa tersenyum seperti itu lagi setelah ini.” kata Chaiden, Frans mendongak—menatap pria itu datar.
“Bisakah kau langsung saja mengatakan apapun yang ingin kau katakan? Aku yakin kita berdua tidak suka membuang-buang waktu,” tanya Frans, dia mempunyai pengendalian diri yang bagus, walau ucapan Chaiden sedikit mengusiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...