Keesokan pagi, Caitlin terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia bangun dan melihat sekeliling kamar dia yang berada di mansion ini. Caitlin memutuskan untuk tinggal di mansion selama beberapa hari ke depan.
Sesudah melewati fase mengumpulkan nyawa, Caitlin turun dari ranjang dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri dengan air hangat yang terisi penuh dalam bathtub. Caitlin bahkan tidak melihat jam berapa dia bangun tadi, tetapi dia tahu hari sudah terang.
Selesai membersihkan diri, Caitlin keluar dan langsung menuju walk in closet, masih belum sempat melihat jam besar yang tergantung rapi di dinding. Caitlin melihat-lihat isi lemarinya, mencari pakaian yang cocok untuk hari ini. Dia tidak akan berdiam di rumah saja, dia pasti akan keluar.
Caitlin memilih sebuah kaus berwarna putih crop, dan sebuah legging berwarna hitam panjang. Setelah berpakaian, Caitlin keluar dari ruangan itu dan mendekati meja rias, mengeringkan rambutnya dulu baru disisir. Yang terakhir, dia memoleskan sedikit bedak di wajahnya.
Selesai. Caitlin hendak keluar, tapi kali ini matanya berhasil terpaku pada jam dinding besar yang ada di kamarnya. Caitlin terkejut bukan main saat jarum pendek tersebut menunjuk angka sebelas. Tanpa sadar Caitlin mengeluarkan umpatan dari mulutnya.
Caitlin langsung berlari turun ke bawah melalui tangga dan berpas-pasan dengan Tom yang menatap dia terkejut karena nyaris terjatuh karena terburu-buru. “Hati-hati! Kenapa buru-buru?!” tegur Ayahnya, suara dia sedikit tajam.
“Sorry, Dad. Aku kesiangan dan tidak ada yang membangunkanku, aku tidak tahu aku bisa tidur sampai sesiang ini.” balas Caitlin, Tom mengernyit.
“Kamu tidak bekerja dan juga tidak menghadiri acara penting. Apa yang harus dikhawatirkan?” tanya Tom datar, Caitlin mengernyit, ini tidak seperti Tom.
Caitlin baru sadar sedetik kemudian dan dia tahu kalau pria ini bukanlah Tom. “Dad... Felix, ya?” tanya Caitlin hati-hati, dengan polosnya. Dia paling tidak ingin menyinggung sisi Ayahnya yang satu ini, karena temperamennya sangat buruk dan bisa sangat mengerikan.
“Tidak bisakah kamu bersikap lebih sopan pada Ayahmu?” Caitlin menyengir. Fix, ini bukan Tom, ini Felix, kepribadian Ayahnya yang lain.
Singkat cerita, sejak dulu Tom—kepribadian yang sebenarnya—memang memiliki dua sisi dalam tubuhnya. Sebutannya adalah kepribadian ganda. Kalau Tom adalah orang yang santai dan ramah, maka Felix sebaliknya. Sangat dingin dan cenderung mengerikan bagi Caitlin.
“Sorry Dad, aku harus menemui Mom.” balas Caitlin. Tanpa menunggu balasan Felix, dia langsung melesat ke dapur dan menemui Alana yang sudah pasti ada di sana.
“Mom,” panggil Caitlin. Alana berbalik dan menatap anak perempuannya.
“Akhirnya bangun juga, biasanya kamu tidak pernah tidur sampai sesiang ini. Mau membantu Mom?” tanya Alana, menunjuk berbagai peralatan baking yang sudah tersusun rapi. Alana sangat hobi membuat kue.
“Baiklah,” jawab Caitlin, mengambil tempat di sebelah Ibunya. “Nanti siang aku akan keluar, aku tidak bisa berada di rumah seharian saat cuaca sangat cerah.” kata Caitlin.
“Kamu akan ke mana? Tidak pergi bekerja, bukan?” tanya Alana, Caitlin menggeleng.
“Tidak, aku ingin berjalan-jalan. Ke mana saja, mungkin aku akan ke mall dan melihat keadaan butikku sebentar.” jawab Caitlin, Alana hanya mengangguk.
“Baiklah, tapi jangan pulang terlalu malam.” balas Alana.
“Tidak sampai jam tujuh aku sudah berada di rumah.” kata Caitlin. Kemudian, mereka berdua mulai bekerja, membuat kue yang diinginkan Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...