Chapter 2

29.8K 2.8K 176
                                    

Lima belas tahun yang lalu....

Bel sekolah berbunyi—tanda jam istirahat. Caitlin menutup bukunya, mereka mendapat tugas rumah kali ini dan Caitlin ingin cepat-cepat pulang menyelesaikannya. Sampai hari ini Caitlin masih sendiri, dia tidak mau berteman dengan siapapun.

Banyak sekali orang-orang yang sekelas dengan Caitlin membicarakan dirinya—sudah pasti semua keburukannya yang dianggap tidak suka bersosialisasi. Caitlin orang yang pendiam di kelas, dia akan bicara kalau perlu.

Sama halnya dengan Carlos, dia juga tidak mau berteman dengan siapapun, kecuali Taylor tentu saja. Caitlin sangat jarang bergabung dengan mereka di jam istirahat, dia lebih suka menyendiri dan sibuk dengan dunia sendiri. Lagipula topik yang dibahas dua sahabat itu tidak cocok dengannya.

Caitlin meraih sebatang coklat yang dibawanya dari rumah, hanya benda itu yang bisa mengembalikan mood–nya setelah mengikuti kelas Mr.Price yang membosankan. Baru saja dia mau berdiri, salah satu teman sekelasnya menghampiri dia.

“Cait, apa nanti kau mau mengerjakan tugas bersama—”

No, thank you. Aku bisa sendiri.” potong Caitlin dingin. Dia langsung keluar dari kelas, tanpa memedulikan cibiran dari orang tadi yang juga mengatainya sombong.

“Cait, kamu tidak mau ikut dengan kami?” tanya Carlos, di sampingnya ada Taylor.

Caitlin menggeleng. “Tidak, topik yang kalian bicarakan sangat membosankan. Aku ingin sendiri.” balasnya, lalu mendahului Carlos dan Taylor.

Carlos berkacak pinggang sambil menggeleng pelan melihat kelakuan Caitlin. “Kenapa dia menjadi sangat dingin?” gumam Carlos.

“Aku tidak tahu kalau apa yang kita bicarakan selalu membosankan, menurutku itu menyenangkan.” timpal Taylor, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Biarkan saja, Caitlin lebih nyaman kalau sendiri. Ayo, kita ke kantin.” ajak Carlos, kedua sahabat itu melanjutkan langkah mereka.

Caitlin berjalan menelusuri koridor yang penuh dengan orang-orang. Ketika Caitlin lewat, mereka langsung berbisik-bisik—sudah pasti membicarakan hal buruk tentangnya. Tapi Caitlin tidak pernah di–bully sampai detik ini secara terang-terangan.

Well, ternyata mereka cukup tahu akan berhadapan dengan siapa kalau sudah mengganggu salah satu anggota keluarga Reynalds. Sekolah ini sebenarnya banyak sekali pembully, Caitlin sudah melihat kejadian itu berulang kali tapi dia tidak berani bertindak dan tidak mau ikut campur.

Caitlin menuju taman sekolah, dia mendekati salah satu pohon rindang yang ada di sana dan duduk di kursi yang tersedia di bawahnya. Caitlin langsung membuka kemasan coklat yang dia bawa dan langsung melahapnya. Tatapan Caitlin kosong, tertuju ke bawah—melihat rumput hijau yang dia pijaki.

Caitlin bersandar sambil mengunyah coklatnya, mendadak dia menjadi bosan bersekolah di sini. Dia butuh teman, tapi teman yang tulus dan tidak punya tujuan terselubung ketika mendekatinya. Ini bukan pertama kalinya Caitlin dikhianati, waktu Junior High School dia sudah pernah mengalaminya.

Semua orang mendekati Caitlin hanya karena nama keluarganya yang terpandang, kalau saja dia orang biasa dengan status sosial yang rendah, mana mau orang-orang itu bersama dengannya.

Caitlin terus menggigit batang coklat dengan cepat, geram memikirkan hal-hal itu. Membiarkan rasa manis menyebar di mulut, mood–nya tidak cepat membaik kali ini. Dia kesal dan muak melihat orang-orang di sekolahnya.

Tiba-tiba indra penciuman Caitlin mencium bau rokok. Samar-samar dia juga melihat asap rokok tersebut. Caitlin bangun dari duduknya, dia berbalik, melihat batang pohon besar di belakangnya. Caitlin lalu memutari pohon dan betapa terkejutnya dia melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di tanah, bersandar pada batang pohon, sambil merokok.

Hidden In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang