Chapter 19

19K 2.1K 63
                                    

Caitlin baru bangun dari tidur sorenya, ketika dia melihat ke arah jendela hari sudah gelap. Caitlin menghela napas, dia melihat jam dinding yang ada di kamar, menunjukkan pukul 07.30. Selama itukah dia tertidur?

Caitlin meraih ponselnya yang ada di atas nakas dan menghubungi Blair, deringan ketiga panggilan langsung tersambung. “Blair,” panggil Caitlin, suaranya masih serak khas bangun tidur.

Ya?” balas Blair, tumben asistennya ini tidak cerewet, padahal dia sudah melewatkan jam makan malam.

“Kau sudah makan malam?” tanya Caitlin.

Sudah, baru saja. Kau masih tidur, aku tidak tega membangunkanmu. Nanti aku akan menyuruh petugas hotel mengantar makananmu ke kamar.” jawab Blair, Caitlin tersenyum kecil.

Thank you, kau akan keluar nanti?” tanya Caitlin lagi.

Ya, kau mau ikut?” tanya Blair balik.

“Tidak, terima kasih. Nikmati saja jalan-jalanmu." jawab Caitlin, lalu panggilan tersebut berakhir. Caitlin kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas.

Caitlin terdiam sejenak sambil mengusap wajahnya. Dia sudah merasa lebih tenang setelah istirahat, Caitlin kemudian turun dari ranjang dan memasuki kamar mandi. Dia perlu membersihkan diri, karena sejak pulang tadi dia belum mandi.

Caitlin menyalakan air hangat ke dalam bathtub, lalu melepaskan seluruh pakaiannya. Caitlin mendekati wastafel dan mencuci muka, sambil menunggu air penuh dalam bathtub. Sesudahnya, Caitlin memandang diri sendiri di hadapan cermin.

Caitlin mengangkat kedua tangan dan menangkup wajahnya, sedikit tirus. Caitlin sadar kalau tubuh dia menjadi lebih kurus karena stress dan nafsu makan yang sangat buruk, dia hanya makan secukupnya.

Caitlin menghela napas, dia harus mengembalikan berat badannya seperti semula. Setelah air bathtub penuh, Caitlin masuk ke dalam, merasakan air hangat yang merilekskan otot-ototnya, sangat menyegarkan.

Caitlin memejamkan mata, sesekali dia menenggelamkan kepalanya ke dalam air. Sesudah membersihkan diri selama tiga puluh menit, Caitlin mengeringkan tubuhnya dan keluar dari dalam sana dengan bathrobe.

Sebelum itu Caitlin memungut pakaian yang dia pakai sebelumnya dan dimasukkan ke dalam keranjang, besok akan dia berikan kepada petugas laundry. Ketika dia berbalik, Caitlin tidak dapat menyembunyikan suara tercekatnya dan nyaris terkena serangan jantung melihat siapa yang sedang duduk di sofanya dengan santai, tanpa dosa sedikitpun.

“Kau... kau... kenapa bisa masuk ke sini?!” tanya Caitlin, setengah berteriak.

Frans hanya tersenyum kecil, dia menopang dagu sambil menatap penampilan Caitlin yang sangat menggoda. Sialan, kenapa juga Caitlin harus memakai benda itu? Hingga menampilkan kaki jenjangnya yang mulus.

“Frans!” bentak Caitlin, Frans kemudian duduk dengan tegak, namun kaki kanannya terangkat dan ditopang oleh kaki kiri.

“Aku memang ingin menemuimu, tapi di tengah jalan aku bertemu dengan petugas yang mengantarkan makananmu. Jadi sekalian saja, lagipula untuk masuk ke kamarmu juga bukan hal yang sulit.” kata Frans, sambil menunjuk sebuah trolley yang terdapat berbagai macam makanan.

“Kau tidak boleh masuk seenaknya tanpa seiizinku!” ketus Caitlin, sambil berjalan mendekati kopernya dan mengambil pakaian.

“Aku sudah menekan bel sampai ratusan kali, tapi kau tidak keluar. Jadi aku simpulkan kau sedang mandi. Daripada aku menunggu terlalu lama di luar dan orang-orang yang ada di lantai ini terus menatapku dengan tatapan aneh, sekalian saja aku masuk dengan kartu cadangan.” jelas Frans.

Hidden In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang