Chapter 22

18.3K 2K 57
                                    

Caitlin kesal setengah mati selama acara fashion show berlangsung, dia tidak fokus sama sekali. Paulina Crawford benar-benar merusak mood–nya. Kenapa dia harus membanggakan ular itu di hadapannya? Caitlin yakin jauh di dalam hati Paulina, pasti berharap diri dia yang bersanding dengan Carlos, mimpi saja!

Saat ini Caitlin sudah berada di kamarnya. “Kenapa setiap kali aku keluar selalu orang-orang seperti itu yang aku temui?” gerutu Caitlin, sambil melepaskan heels yang dia pakai.

“Seharusnya kau abaikan saja. Aku tahu kau sangat menyayangi Carlos, tapi aku tidak tahu kalau kau akan menyindirnya seperti itu. Memangnya kau tahu sesuatu tentang Paulina ini? Maksudku, sisi gelapnya,” tanya Blair.

“Dilihat dari sifatnya, kau pasti sudah tahu apa yang selama ini dia lakukan di balik layar. Bukan hal yang mengejutkan lagi.” jawab Caitlin.

Blair mengangkat bahu. “Baiklah, aku akan kembali ke kamarku dan bersiap-siap. Tidak terasa kita akan meninggalkan Paris besok.” kata Blair, sambil berjalan keluar dari kamar Caitlin.

Caitlin hendak masuk ke kamar mandi saat ponselnya berbunyi—tanda ada e–mail yang masuk. Caitlin mengernyit, e–mail tersebut masuk ke e–mail pribadinya, lagi. Caitlin duduk di pinggir ranjang, membuka e–mail itu.

Napas Caitlin tertahan saat membaca alamat e–mail pengirim, alamat e–mail yang sama dengan si penyelamat misteriusnya. Sebelum membaca isi pesannya, Caitlin menarik napas dan diembuskan perlahan.

“Hello, Caitlin.

Sudah lama aku tidak muncul di sekitarmu. How are you?

~Your Mysterious Savior.”

Caitlin terdiam cukup lama, merangkai kata-kata yang pas untuk membalas pesan tersebut. Caitlin kemudian mengetikkan beberapa kata dan membalas pesan dari orang yang sampai detik ini masih belum dia ketahui siapa.

Aku masih tidak tahu siapa dirimu dan kita tidak seakrab itu sampai kau menanyai kabarku, aku yakin kau sedang mengawasiku, kau sendiri juga sudah tahu keadaanku, kenapa masih bertanya?

Seperti itulah yang dibalas Caitlin, menurutnya si pengirim sangat konyol. Tak berapa lama, e–mail Caitlin dibalas. Kemudian dia membaca pesan tersebut.

“Well, anggap saja aku sedang berbasa-basi. Aku bingung harus menulis apa, sedangkan aku ingin sekali berbicara denganmumelalui e–mail tentu saja.”

Caitlin terkekeh, sepertinya dia tidak terlalu curiga lagi pada si pengirim misterius. Caitlin tidak securiga seperti saat pertama kali dia menerima pesan dari orang tak dikenal ini. Mungkin penyelamat misteriusnya memang orang baik.

Caitlin teringat sesuatu, kemudian dia mulai mengetik lagi dan mengirim pesannya.

Ada satu hal yang ingin aku ketahui. Apakah waktu di trotoar, saat sebuah reklame toko jatuh dan nyaris menimpaku, apa kau yang menyelamatkanku?

Caitlin menggigit ujung bibirnya, sudah pasti penyelamat dia adalah orang yang sama. Hanya saja baru saat itu Caitlin berkesempatan melihat sebagian wajahnya—hanya mata tajam, terlihat tidak asing. Caitlin rasa dia akan terhipnotis kalau menatap lebih lama lagi waktu itu.

E–mail baru kembali masuk, pesan Caitlin dibalas.

Tentu saja, memangnya siapa lagi?

Hidden In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang