Frans tentu saja tahu kalau Chaiden memiliki markas gelapnya sendiri, dia memang tidak pernah mencari tahu di mana letak tempat laknat itu. Makanya orang yang sekarang dia bawa ini—penyusup yang tertangkap di markas The Eight—yang merupakan pengikut Chaiden, dipaksa untuk menunjukkan jalan pada Frans.
Sambil mengemudi, Frans menempelkan pistol ke kepala pria malang itu, keadaannya sungguh mengenaskan—babak belur dan kedua tangan diikat. Frans pergi sendirian, dia tidak akan melibatkan yang lain ke dalam urusannya. Frans ingin menghabisi Chaiden dengan tangan dia sendiri.
Rex dan Lucas memaksa untuk ikut, tapi Frans tidak mengizinkan mereka sama sekali. Dia berkendara dengan kecepatan tinggi, serta mematikan seluruh sistem yang kemungkinan akan terlacak oleh mereka berdua. Rex dan Lucas pasti menemukan di mana letak markas Chaiden dalam beberapa menit ke depan dan pasti menyusulnya.
Markas Chaiden berada di dalam hutan, seperti kebanyakan organisasi gelap dan jauh dari khalayak ramai. Jalanan yang dilewati Frans saat ini sangat gelap dan sepi. Jangan bertanya bagaimana dia tahu Chaiden berada di sana. Setiap jam tujuh malam ke atas, pria itu tidak pernah berada di mansion, kalau bukan di markasnya, di mana lagi?
“Kalau kau berbohong, aku akan menghabisimu di sini!” ancam Frans, sambil menekan pistolnya ke dahi pria yang sedang duduk di sebelahnya.
“Aku... ti–tidak berbohong.” balas orang itu, gemetaran. Malang sekali menjadi pengikut Chaiden.
Frans tahu dia tidak boleh meremehkan Chaiden, siapa tahu Tua Bangka itu punya rencana yang lebih brilian ketika dia sampai di sana. Biasanya orang-orang seperti itu selalu menyiapkan kejutan di akhir dan Frans akan dengan senang hati menyambut kejutan tersebut.
Frans membelokkan mobilnya ke arah kiri, ketika diberi instruksi. Jalanan yang bagus untuk sebuah organisasi gelap. Dari kejauhan, Frans mulai melihat ada sebuah gerbang yang dijaga dua orang bersenjata. Dia tersenyum sinis.
Frans berhenti ketika sampai di hadapan gerbang, kedua penjaga itu menodongkan pistol ke arahnya. Frans mengambil senjatanya satu lagi, sedangkan yang sejak tadi dia pegang, tidak terlepas sama sekali dari kepala pria malang di sebelah dia.
Frans menurunkan jendela mobil dan menodongkan senjatanya juga ke dua penjaga tersebut. “Beritahu tuanmu, kalau Fransisco Salvatore datang menemuinya.” kata Frans, tenang. Kedua penjaga tersebut menegang. Mereka mundur perlahan, tapi tidak menurunkan senjata.
Frans menunggu selama beberapa menit, sampai kedua orang itu mendapat perintah dan membukakan gerbang untuknya. Frans melajukan mobil dan dia tersenyum melihat gedung yang tidak terlalu besar di hadapannya, lumayan.
Frans berhenti tepat di depan gedung, kemudian langsung turun setelah memasukkan dua senjata yang terisi penuh oleh peluru di balik mantelnya. Dia memutari mobil dan menyeret si tahanan keluar dari dalam sana.
Frans tersenyum sinis, matanya memancarkan kebencian yang sangat kental ketika melihat Chaiden yang baru saja keluar dari dalam. Frans berhenti sekitar dua meter dari Chaiden, lalu mendorong tahanan yang dia seret tadi ke hadapan Tua Bangka itu.
“Maaf, lain kali jangan masukkan orang-orang ini ke The Eight lagi, terlalu menyusahkan. Cara lama yang sepertinya tidak akan pernah musnah.” kata Frans, Chaiden hanya terdiam. “Aku yakin kau sedang menunggu kedatanganku.” lanjut Frans.
“Kau cukup punya nyali datang ke sini sendiri.” kata Chaiden, Frans tersenyum.
“Oh, aku bukan pengecut sepertimu.” balas Frans, sambil mengeluarkan senjatanya dan menodongkan benda tersebut ke arah Chaiden. Bersamaan, para pengikut Chaiden bergerak dengan sigap melindungi tuan mereka dan balik menodongkan senjata ke arah Frans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...