Caitlin turun dari mobil ambulance, mengikuti para petugas medis yang membawa brankar Frans ke emergency room. “Miss, Anda tidak boleh masuk. Silahkan tunggu di luar.” kata perawat yang menghentikan Caitlin, ketika dia hendak ikut masuk ke dalam.
Caitlin mengembuskan napas berat dan hanya bisa pasrah, mau tidak mau Caitlin menunggu di depan ruangan tersebut. Tentu saja dia tidak bisa melanggar aturan rumah sakit. Caitlin masih menangis, dia sangat khawatir dan takut. Keadaan Frans sangat parah, apalagi ada luka tembak.
Caitlin merasa dirinya sangat bodoh. Bagaimana dia tidak bisa mengenali penyelamat misteriusnya yang ternyata adalah Frans. Mata itu, seharusnya dia mengenalnya. Alis yang tebal, mata biru yang tajam, dan perawakan tubuhnya yang besar. Dulu dia hampir menghabiskan waktu setiap hari untuk mengagumi kedua bagian wajah Frans itu, bagaimana dia bisa tidak mengenalnya?!
“Bodoh kau, Cait. Bodoh!” rutuk Caitlin kepada diri sendiri.
Caitlin bersandar di dinding, tubuhnya luruh ke lantai sambil menutupi wajah dia dengan kedua tangan. Kembali menangis, memikirkan Frans yang berjuang di dalam sana. Caitlin sangat takut, dia menatap kedua telapak tangannya yang penuh bercak darah. Darah Frans, Ya Tuhan.
Pria itu pergi selama satu tahun lebih, tidak pernah menemui bahkan tidak memberi kabar padanya. Dia kembali secara diam-diam hanya untuk menjadi penyelamat misterius Caitlin. Kenapa? Apa semua bahaya ini memang muncul karena Frans? Dari musuhnya? Caitlin kebingungan, dia tidak tahu sama sekali.
Caitlin menunduk, menangis dalam diam sambil menangkupkan dua tangannya. “God... save him. Please... save him.” Caitlin terus berdoa, mengucapkan harapan yang sama berulang-ulang kali.
Frans harus selamat, pria itu masih berutang penjelasan pada Caitlin. Masih banyak hal yang belum Frans ceritakan pada dia, Caitlin tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Frans harus berjuang, dia harus hidup.
Memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang akan menimpa Frans, Caitlin hanya bisa menangis layaknya orang bodoh karena tidak bisa melakukan apapun. Bagaimana dia bisa hidup kalau pria itu pergi dari dunia ini? Frans masih menempati hatinya, dia masih sangat mencintai Frans. Pria itu tidak boleh pergi sekarang, tidak boleh.
Selama ini Caitlin lega mengetahui pria ini masih hidup di luar sana, dia bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang. Tapi kalau Frans meninggalkannya seperti ini, Caitlin tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup lagi.
Caitlin menangkup kepalanya frustasi, apa yang dilakukan para Dokter di dalam sana? Kenapa lama sekali? Caitlin tidak bisa tenang sebelum memastikan keadaan Frans baik-baik saja.
Caitlin terus menunduk, berdoa agar harapannya terkabul. Frans akan baik-baik saja, dia berusaha meyakinkan diri. Beberapa menit kemudian, Caitlin mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat. Caitlin mendongak, lalu berdiri ketika melihat Tom dan Carlos yang datang.
“Dad... Frans, dia....” lirih Caitlin. Dia mendekati Tom, pria paruh baya itu menghela napas. Tom membawa Caitlin ke dalam pelukannya, memeluk Caitlin erat, menenangkan dia.
Caitlin terus menangis di pelukan Tom, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia hanya bisa berharap. Caitlin melepaskan pelukan Tom, dia mengangkat tangannya yang memerah.
“Dia... mengeluarkan darah... sangat banyak. Wajahnya pucat..., aku tidak pernah melihatnya seperti itu. Jantungnya lemah....” Tangis Caitlin semakin pecah dan dia menangis sepuasnya di pelukan Tom, ketika sang Ayah memeluknya lagi.
“Ssttt... tidak apa-apa, menangislah. Dia akan baik-baik saja. Anak itu akan baik-baik saja.” balas Tom, sambil mengelus kepala Caitlin lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...