Chapter 36

16.4K 1.7K 53
                                    

Frans sedang duduk di ruangan pertemuan yang ada di Savars Club Boston yang baru selesai dibangun dan dibuka dua bulan belakangan ini—saat pembukaan Frans tidak datang, melainkan Valentino yang menggantikan dia—sambil melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh, malam hari.

Rex sudah mengatur pertemuan Frans dengan Chaiden tadi sore dan Tua Bangka itu setuju untuk menemuinya malam ini. Apa yang ingin disampaikan Chaiden nanti, Frans sudah bisa menebaknya.

Frans sudah tidak sabar ingin melancarkan aksinya. Tak berapa lama, Rex masuk ke ruangan tersebut dan menghampiri dia. Rex membisikkan sesuatu, “Dia sudah datang.” Frans mengangguk, mengiyakan.

“Kau mau aku temani di sini, untuk berjaga-jaga?” tanya Rex, Frans menggeleng.

“Tenang saja. Kau bisa menahan anak buahnya di luar, aku menyimpan senjata di balik jasku. Dia tidak akan berani menyerang tanpa penjagaan.” jawab Frans, Rex mengangguk lalu keluar.

Frans memasang senyum paling manisnya, menyambut kedatangan tamu yang paling ditunggu-tunggu. Tak berapa lama pintu ruangan terbuka, muncullah Chaiden di sana. Pengikutnya ditahan di luar dan tidak diperbolehkan masuk. Jadi di ruangan ini hanya ada Frans dan Chaiden, mereka bisa mengobrol secara pribadi.

“Selamat datang, silahkan duduk.” kata Frans tenang. Dia duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Chaiden duduk di seberang dia, ada sebuah meja yang membatasi.

Chaiden tersenyum meremehkan. “Club–mu lumayan.” komentarnya. Frans tersenyum miring, sambil menuangkan cairan wine ke dalam gelasnya dan juga gelas Chaiden.

“Akui saja kalau milikku lebih berkualitas dan bagus dari milikmu. Aku belajar dari kesalahan yang pernah kau perbuat.” kata Frans, mempersilahkan Chaiden untuk meminum wine–nya.

Chaiden memang memiliki club eksklusif yang sudah terkenal sejak dulu di Boston. Salvatories Club, yang diwariskan oleh Ayah Chaiden. Lalu ketika Savars Club dibuka, Salvatories Club selalu dibanding-bandingkan dan sudah jarang didatangi. Tentu saja karena fasilitas yang Frans sediakan jauh lebih bagus dan lengkap, disertai keamanan yang ketat. Frans tidak akan membiarkan orang-orang melakukan tindakan kriminal di club–nya.

Chaiden tersenyum miring. “Hidup bebas di luar sana selama ini membuatmu semakin angkuh.” katanya, Frans tidak tahu apakah orang tua ini kehilangan kata-katanya atau dia memang datang hanya untuk mengejek Frans?

“Kadang sikap angkuh sangat diperlukan, kalau kau tidak ingin terlihat lemah di depan lawanmu—bukan berarti aku lemah, tidak lagi.” balas Frans. Dia yakin sudah berhasil memancing emosi Chaiden, tunggu sampai dia meledak sebentar lagi.

“Di mana kau latihan selama ini? Dan dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu untuk membangun semua usahamu?” tanya Chaiden, membuat Frans menjauhkan gelas dari mulutnya dan meletakkan benda itu di atas meja dengan cukup keras, hingga menimbulkan suara dentingan.

“Apa hanya itu yang ingin kau tanyakan? Kau iri karena aku bisa sesukses ini? Kau takut aku berada di atasmu?” tanya Frans, sambil tertawa kecil.

Well, aku hanya ingin tahu saja, lagipula aku ini Ayahmu.” balas Chaiden, kali ini membuat tawa Frans meledak dan menggema di ruangan tersebut.

“Lucu sekali.” kata Frans, sambil menghapus air mata yang keluar karena tertawa. “Kau sudah gila ya? Aku bukan anakmu lagi, tidak ada hubungan apapun lagi di antara kita, kau hanya orang asing, sekaligus musuhku.” lanjut Frans.

“Oh benarkah? Tapi faktanya kau adalah darah dagingku, darah lebih kental daripada air, kalau kau ingin tahu. Kau juga harus memberitahuku, kenapa kau masih menggunakan nama belakangku?” tanya Chaiden, Frans tersenyum kecil sambil mengangkat kaki kanannya dan ditopang kaki kiri.

Hidden In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang