Caitlin menatap jam dinding yang ada di ruang kerja dia, menunggu adanya pergeseran dari jarum pendek. Caitlin selalu menoleh ke arah jam setiap satu menit sekali, dia sangat bosan. Pekerjaannya sudah selesai sejak tadi, tapi kalau dia pulang lebih awal, akan sama bosannya berada di apartemen.
Ke mansion keluarganya, juga tidak ada yang menarik. Kemungkinan kali ini Tom yang akan berbicara dengan dia, tapi Caitlin tidak mau dengar semua penjelasan dari Tom. Dia ingin mendengar semuanya dari Frans. Setidaknya, beban Caitlin sudah sedikit terangkat.
Caitlin cukup sabar, dia akan menunggu sampai pria itu kembali. Caitlin harus mengembalikan cincin seharga $40.000.000 itu pada Frans. Dia tidak akan menerimanya, dia akan mengembalikan perhiasan itu, beserta... gelang milik Ibunya. Entah kenapa Caitlin tidak rela kalau harus mengembalikan gelang itu, dia sudah menyimpannya selama belasan tahun dan selalu menatap benda itu kalau-kalau rasa rindu menyerangnya, dulu.
Caitlin mengalami hal yang sama sekarang. Kalau saja Frans tidak kembali, mungkin dia tidak akan mengalami rasa rindu yang sama lagi. Mungkin dia tidak akan tahu apa yang dia alami saat kecelakaan empat belas tahun yang lalu.
Caitlin menghela napas. Banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya, tapi Frans belum muncul juga sampai detik ini. Caitlin bangkit dari duduknya, dia butuh menghirup udara segar, sehabis itu dia akan pulang ke apartemen.
Kemarin Caitlin tidak jadi keluar bersama Alana, mereka malah menghabiskan waktu di apartemennya, bercerita banyak hal—tentu saja tidak berkaitan dengan kejadian empat belas tahun yang lalu. Alana sepertinya juga sudah lega karena Caitlin mengetahui semua kejadian tersebut dan tidak sedih lagi.
Caitlin meraih tasnya, lalu dia keluar. “Aku pulang dulu, Blair.” pamit Caitlin sambil berjalan ke pintu keluar butik.
“Okay, hati-hati di jalan.” balas Blair, Caitlin mengangguk sambil tersenyum. Dia kemudian turun ke bawah melalui eskalator dan berjalan keluar dari gedung raksasa tersebut.
Caitlin mendongak, menatap langit sore yang sudah berubah warna menjadi jingga. Dia menghela napas dan menuju parkiran—memasuki mobil, kemudian meninggalkan mall.
Caitlin mencari tempat yang sepi, jauh dari keramaian. Dia ingin berjalan-jalan sebentar, untuk mengurangi rasa bosan yang setiap hari dia rasakan. Hidupnya sangat monoton, selalu itu-itu saja yang dia lakukan, tidak ada yang menarik.
Caitlin sempat terpikirkan untuk melakukan perubahan dalam hidupnya. Tapi dengan banyaknya kejadian janggal yang belum dia ketahui penyebabnya—masa lalu, dia tidak bisa tenang. Caitlin bisa mati karena rasa penasaran. Alana juga kerap kali menyuruhnya mencari pendamping, hal terakhir yang akan Caitlin lakukan.
Alana memang tidak mendesaknya, Caitlin tahu Alana hanya ingin dia bahagia. Tapi, Caitlin tidak bisa, tidak adil bagi pria manapun itu, kecuali Frans. Caitlin sangat yakin, dia hanya bisa jatuh cinta sekali seumur hidup. Selama ini banyak sekali pria yang bahkan lebih baik dari Frans mencoba melamarnya, dan Caitlin menolak semua pria-pria itu. Hatinya seolah membeku.
Ketika Frans kembali ke hidup Caitlin setelah sekian lama menghilang. Caitlin merasakan jantungnya berdebar-debar—hal yang tidak pernah dia rasakan terhadap pria lain, walaupun dia selalu menyangkal kehadiran Frans, walaupun dia berusaha membenci Frans karena sudah meninggalkannya di saat dia terpuruk. Tapi yang terjadi sebenarnya, Caitlin tidak pernah bisa membenci pria itu.
Caitlin selalu merasakan kenyamanan yang dia dambakan selama ini, dan hanya berdekatan dengan Frans dia merasakannya. Pada akhirnya tidak ada yang mendekati dia lagi sekarang, orang-orang mungkin membencinya karena bersikap sok jual mahal. Jangan lupakan kalau hampir semua pria-pria itu hanya mengincar hartanya. Caitlin tidak akan pernah bisa membuka hati pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...