“Cepat Rex, Frederick! Kalau sampai Caitlin datang, kejutanku akan hancur!” pinta Frans tidak sabaran. Sekarang Rex sedang mendorong kursi roda yang diduduki pria itu dengan cepat dan Frederick berjalan di sebelahnya.
“Harusnya aku tidak kembali ke rumah sakit dan ke kantor FBI saja tadi bersama yang lain.” balas Frederick, langsung maju membukakan pintu ruang rawat Frans ketika sudah sampai.
“Well, setahuku kau tidak menyiapkan kejutan apapun karena baru terbangun dari koma. Mau sampai kapan kau berpura-pura tidur? Besok pagi atau sampai kau benar-benar pulih? Aku yakin Caitlin akan membunuhmu kalau dia mengetahuinya,” kata Rex, berhenti mendorong kursi roda Frans sampai di dekat ranjang.
Frederick dan Rex kemudian membantu Frans berdiri, menaiki ranjang dan berbaring lagi di sana. Frederick kembali memasang jarum infus ke tangan Frans, secepat yang dia bisa. “Caitlin sudah sampai?” tanya Frans, sedikit panik.
Rex berjalan ke arah pintu dan mengintip dari celah yang terbuka sedikit di sana. “Belum,” jawab Rex, saat tidak melihat siapapun di sepanjang lorong. Biasanya Caitlin akan datang ke rumah sakit saat jam enam, seperti sekarang.
Baru kali ini mereka melakukan tindakan bodoh seperti ini, atas permintaan Frans tentu saja. Entah kenapa pria itu tidak mau Caitlin tahu kalau dia sudah sadar. Seharusnya Caitlin sudah tahu, dia tidak terlihat seperti wanita yang mudah dibohongi, kecuali tadi pagi.
Rex dan Frederick bingung dengan kejutan seperti apa yang Frans maksud, dia baru bangun dari koma dan tidak memberikan perintah pada mereka untuk mempersiapkan semacam benda atau apapun itu untuk Caitlin. Terserah, mungkin orang yang baru terbangun dari koma belum bisa berpikir dengan jernih.
“Jadi kapan kau berencana memberitahu Caitlin kalau kau sudah sadar?” tanya Frederick pada Frans yang sedang sibuk memasang selang oksigen di hidungnya dengan tangan kanan, karena tangannya yang satu lagi masih dipasangkan infus.
“Besok? Atau nanti?” balas Frans dengan nada bertanya, Frederick mendelik. Frans juga bingung, seharusnya dia membiarkan Caitlin tahu kalau dia sudah sadar saat wanita itu datang nanti. Caitlin pasti sangat senang.
“Ingatkan aku untuk memeriksa otakmu setelah ini. Aku yakin Caitlin tidak mau bersama orang yang tidak waras.” kata Frederick, Frans menatap tajam temannya itu.
“Aku yakin Caitlin tetap mau bersamaku walau wajahku buruk rupa. Dan kejutannya adalah diriku sendiri.” balas Frans, Frederick berdecak.
“Percaya diri sekali!” cibir Frederick. Selesai memasangkan jarum infus di tangan Frans, lalu beralih membantu pria itu memakai selang oksigen dia.
Di saat yang bersamaan Rex mundur dari pintu dan mendekati ranjang dengan cepat. “Dia datang!” kata Rex, dengan cepat Frederick mendorong Frans agar berbaring dan menarik selimut sampai ke dada Frans. Pria itu langsung berpura-pura tertidur, seperti yang dia lakukan sebelumnya.
Terdengar pintu ruang rawat yang terbuka, Caitlin muncul kemudian. Frederick dan Rex tersenyum manis pada wanita itu. “Kau sudah kembali?” tanya Frederick, sadar kalau dia mengeluarkan pertanyaan bodoh. Jelas-jelas Caitlin ada di hadapannya.
“Ya, aku habis menemani Ibuku jalan-jalan dan makan malam lebih awal. Kalian sejak tadi berada di sini?” tanya Caitlin balik, Frederick dan Rex mengangguk.
“Ya... tidak ada yang menjaga Frans, yang lain belum kembali sejak tadi.” jawab Rex secepat kilat. Caitlin mengernyit, siapapun dapat mendengar kalau ada nada gugup dalam suara Rex.
“Oh... okay, kalian bisa beristirahat sekarang karena aku sudah datang.” balas Caitlin, Frederick terkekeh.
“Kami sudah beristirahat sejak tadi, lagipula kami tidak melakukan apapun selain menjaga pasien tak sadarkan diri ini.” kata Frederick, nada menyindirnya sangat kental dan hal itu membuat Rex mendelik ke arah temannya. Frans akan membunuh mereka setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden In The Dark
Romance{Dark Romance} Setiap orang pasti memiliki masa lalu, entah itu tersimpan kenangan yang baik atau buruk. Namun bagi Fransisco Salvatore, masa lalu telah mengubah dirinya, menjadi sangat gelap. Fransisco tidak ingat lagi bagaimana dirinya yang ceria...