"Jika keadaan sudah membaik, aku akan secepatnya memberi kabar. Untuk sementara waktu, aku minta tolong jaga mereka untukku." suara Jung Kook menggema di kamar inap Eunbi. Pria itu berdiri menghadap jendela paten. Melihat lampu-lampu di jalanan. Malam yang temaram datang tanpa meminta persetujuan. Musim panas justru terasa sangat dingin untuknya.
"Jangan khawatir, Jung. Anak-anak sangat bahagia mendengar kau sudah menemukan Ibu mereka."
"Jika membutuhkan sesuatu segera hubungi aku. Ibuku juga akan kesana nanti."
"Aku mengerti."
Sambungan terputus. Dan Jung Kook berbalik untuk memastikan Eunbi masih terlelap dalam baringannya seusai mengabari Chaeri dan menitip pesan untuk anak-anak. Pria itu mendekat, lantas duduk di kursi tepat di samping ranjang itu berada. Dia tidak tahu harus senang karena sudah menemukan Eunbi, atau justru bersedih ketika semua doa-doa tak dikabulkan Tuhan. Saat Jung Kook menyentuh tangan Eunbi, istrinya itu membuka matanya.
"Maafkan aku, Kook."
Jung Kook menggeleng, "Tidurlah. Kau harus beristirahat."
Eunbi tak mendengar perkataan suaminya. Justru menggeser tubuhnya, membuat ruang di sebelahnya. Menyuruh Jung Kook juga menempati tempat itu bersama. Eunbi tahu, sejak siang tadi Jung Kook belum istirahat dan malah sibuk mengurusinya dengan luka-luka pada tubuhnya tersebut.
"Kau juga harus beristirahat."
Ada senyum tipis, namun terlihat penuh luka. Jung Kook menuruti. Naik ke atas ranjang dan memeluk wanita itu dalam tidurnya.
"Bi, kau tahu aku sangat mencintaimu bukan?" ucap Jung Kook malam itu. Tak ada jawaban. Sangat sepi dan yang terdengar hanya cairan infus yang menetes.
"Aku tidak peduli bahkan jiwaku yang harus direnggut sekalipun. Aku tidak takut ada banyak pisau atau anak panah yang membunuhku. Aku hanya takut saat melihat anak kita dan kau menderita sedangkan aku tidak bisa melakukan apa-apa."
Eunbi urung menjawab. Membawa dekapannya kian erat. Matanya tertutup dan menangis. Sedari dulu, berada dalam dekapan Jung Kook adalah obat paling ampuh untuk perasaannya yang kacau. Tubuh hangat suaminya itu selalu berhasil membuatnya tenang. Apa yang sudah ia sembunyikan kini telah diketahui. Dan Eunbi tahu sebesar apa cinta Jung Kook pada dirinya. Dia menyesal tak memberitahu Jung Kook dan keluarganya. Terlebih pada ayahnya yang saat ditelpon tadi menangis dalam diam.
Beliau berinisiatif ingin datang ketempat ini untuk melihat kondisi anaknya, karena selama ini pula, ayah Eunbi juga tidak tahu penyakit wanita itu. Namun posisi beliau dibutuhkan perusahaan alih-alih Jung Kook selaku direktur menjaga Eunbi. Bagi Eunbi, alasan dirinya menutupi kondisinya karena tidak ingin mengecewakan keluarganya. Meski hal itu justru salah besar.
"Aku sungguh tidak ingin kehilangan kalian. Jadi maafkan aku." lanjut Jung Kook dengan suara seraknya.
Ada hati yang mendesir, perasaan yang berkecamuk. Berbagai kata 'bagaimana jika' terus merasuk mencari jawaban. Dalam dekapan itu. Keberanian membuatnya mencoba bertanya. "Kook. Maafkan aku. Apa aku sudah memutuskan hal itu dengan baik? Apa semua akan baik-baik saja jika operasi?"
"Tentu. Jangan khawatirkan kehidupanku. Aku akan selalu berada di garis depan saat kau membutuhkanku."
"Kau pasti kecewa."
"Aku sudah kecewa karena aku baru mengetahuinya sekarang. Aku sudah kecewa pada diriku sendiri karena membiarkanmu berjuang sendiri selama ini."
"Maafkan aku." Wanita itu berkata sangat lirih sembari menahan isakan yang menyakiti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [JJK Ver]
Fanfiction[Season 1-3] Dingin. Satu kata itu mampu mewakili seluruh sifat Jeon Jungkook. Sebesar apapun Eunbi mencintai lelaki tersebut. Itu semua tak akan merubah watak suaminya. #1 in Marriagecontract #02012021 #1 in JungkookFF #13032021 #1 in Fanfiction...