*versi cetak mengalami perubahan // velum di revisi*
Kala waktu bergelut dengan buncahan emosi, kala kalimat perpisahan benar terucap, dia masih setia menegakkan diri, mematri pandangan pada gadis pemilik surai cokelat di depannya. Napas yang mengiringi tatapan itu sempat tercekat sesaat, akan tetapi kini rasa tercekat itu sudah berubah menjadi leguhan pasrah.
"Eunbi...." lemahnya dalam suara. Eunbi masih di sana, menatap Jungkook tapi tak menanggapi apapun.
"Kita tak akan bercerai."
Jungkook menegas dalam leguhan napas lagi. Dan gadis itu memejamkan mata sejenak, meredam gemuruh di dadanya. Meski hanya air mata yang keluar, Eunbi tetap mencoba menstabilkan getaran hebat itu."Kenapa kau masih saja keras kepala Kook? Tidakkah kau pernah memikirkan perasaanku? Kenapa kau egois?"
Jungkook beringsut melangkah maju, meraih tangan Eunbi. Namun, gadis itu kembali memundurkan tubuhnya hingga menyentuh dinding. Jungkook tak menyerah, ia tetap mencoba memegang wanita itu. Ingin menjelaskan walau kemungkinan didengar sangat tipis.
"Eunbi."
"Lepaskan aku Kook!"
"Eunbi dengarkan aku!"
"Tidak! Pergilah dari hidupku! Pergi!" untaian nada yang meninggi keluar bersama perihnya hati. Tetap menangis dan tetap beringsut enggan disentuh. Mirisnya penampilan sungguh memuakkan mata. Kenapa jalan hidup yang ia tempuh semenyakitkan seperti ini? Tidakkah ada jalan setapak kecil yang bisa menyelamatkan hatinyaa? Hanya setapak yang kecil, tak apa jika itu dipenuhi kerikil tajam, jika hatinya bisa menemukan kebahagiaan, semua itu tak masalah.
Jungkook mulai geram karena penolakan itu, ia pun meredam sedikit perasaannya. Menutup matanya kemudian membukanya lagi. Mereka masih saling tatap. Sangat lama dan itu sungguh membuat dunia mereka menjadi gila. Terkuncinya Eunbi di dinding dan tatapan Jungkook membuat Eunbi secara tidak sadar menghentikan tangisan.
Saat Jungkook semakin mendekat, Eunbi justru semakin meremangkan masalah yang ia pikirkan tadi. Seakan terhipnotis bersama manik hazle itu, Eunbi lagi-lagi terhanyut ke dalam derasnya arus pesona Jungkook.
"Maafkan aku...."
Membeku dalam keheningan, ini adalah mimpinya selama ini. Satu sambaran hangat membuat tubuh Eunbi mati rasa. Tak ada yang bisa ia pikirkan atau terpikirkan. Semua kosong meninggalkan jiwa Eunbi.
Tangan itu menelusup ke dalam pinggang Eunbi, semakin menariknya agar lebih dekat lagi ke dalam. Tapi sebelum semuanya mendominasi terlalu jauh, sesuatu ditangkap mata Eunbi. Sebuah jejak kenikmatan yang belum memudar. Lantas dengan satu sentakan, Eunbi mendorong tubuh Jungkook agar menjauh dari pelukan tadi.
Eunbi tidak buta, bagaimana ia bisa melihat dengan jelas tanda merah keunguan di tulang selangka Jungkook yang tak tertutup jaket. Bukan hanyaa satu, tetapi di leher lelaki itu sangat ketara.
"Kau benar-benar tidur dengannya?"
Jungkook membolakan matanya, menebak lewat arah mata Eunbi ia pun lantas memegang leher.
Gadis itu meloloskan tawa kecil, mengeraskan rahang dan benar-benar pergi dari tempat itu.
-oOo-
Sementara itu, di sisi lain perdebatan juga belum mereda. Justru emosi yang mereka miliki nyaris meledak dengan kapasitas tertinggi. Dalam keheningan, ponsel milik Jimin berbunyi dan itu adalah panggilan dari Eunbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [JJK Ver]
Fanfiction[Season 1-3] Dingin. Satu kata itu mampu mewakili seluruh sifat Jeon Jungkook. Sebesar apapun Eunbi mencintai lelaki tersebut. Itu semua tak akan merubah watak suaminya. #1 in Marriagecontract #02012021 #1 in JungkookFF #13032021 #1 in Fanfiction...