Musik serta lampu yang berkedip terus-menerus dan pengaruh alkohol nyatanya membuat kepala seorang Kim Tae Hyung tak bisa menahan rasa pening. Ini sudah botol kedua dan tegukan kesekian dalam champagne glass tersebut. Tapi dia peminum handal. Dia belum tumbang. Berbeda dengan Jung Kook yang sudah mulai tak kuat tapi masih terus minum.
"Kau sudah bicara pada Eunbi?" tanya Tae Hyung khawatir.
Jung Kook meneguk sekali lagi minumannya. Menatap gelas kecil tadi dengan tatapan kosong. "Eunbi sudah kembali, tapi perasaanku mengatakan jika dia akan pergi lagi."
"Hyung aku sangat mencintainya, tapi sekarang dia berubah." lanjut Jung Kook. Dia risau pada perasaannya sendiri. Eunbi sudah pulang, tapi hatinya masih terasa sepi.
Sedangkan Tae Hyung tak ingin salah bicara malam ini. Dia tahu keadaan Eunbi yang sebenarnya. Mungkin bukan hanya dia, semua teman Jung Kook tahu. Jimin, Chaeyeon, Ye Eun. Tahu alasan kenapa Eunbi memutuskan pergi dari rumah. Namun dia tak bisa mengatakan semuanya pada Jung Kook. Eunbi sudah melarang hal itu.
Dengan perhatian, Tae Hyung menepuk-nepuk punggung Jung Kook. "Suatu saat pasti dia akan memberitahumu."
Jung Kook tak lagi bersuara setelah itu. Masih terus minum. Tae Hyung sudah mencegah, tapi Jung Kook bersikeras tak ingin di ganggu.
Pusing memikirkan Jung Kook, Tae Hyung kembali celingukan menanti Jimin yang sudah ditelponnya tadi, tapi sampai sekarang nyatanya pria itu benar-benar belum menampakan wujudnya di sini.
Sementara Jung Kook saat ini sudah menggolekkan kepalanya di atas meja bar. Kepalanya begitu berat. Tak ada yang bisa diingatnya dengan jelas. Semua seperti sedang berputar-putar tanpa henti saat kedua mata Jungkook terbuka. Sebabnya dia menunduk sedari tadi. Mengabaikan orang-orang yang begitu bersenang-senang.
"Astaga Tae Hyung! Kenapa kau biarkan Jung Kook mabuk?"
Setelah menunggu lama, akhirnya Jimin datang dengan setelan kemeja putih dan celana dasar hitam. Yang langsung memarahi dan menepuk bahu Tae Hyung dengan teriakan kecil. Tempat itu terlalu bising. Orang-orang sibuk menari dengan kebahagiaan. Wanita dan lelaki menikmati waktu mereka di bawah gemerlapnya dunia malam. Jimin sebenarnya enggan datang. Dan menyuruh dua orang ini untuk tidak datang kemari. Namun adik-adiknya ini tak peduli.
"Aku sudah menahannya. Tapi dia tak mau." Jawab santai Tae Hyung. Jimin menatap miris Jung Kook yang sudah tak sadarkan diri.
"Kau jangan minum lagi. Aku ke sini bukan untuk mengurus kalian berdua."
Tae Hyung berdecak. Membual. Jika dirinya adalah peminum yang handal. Namun Jimin sama sekali tak mempercayai Tae Hyung. Menyuruh lelaki itu membantu dirinya membawa Jung Kook pulang.
"Eunbi pasti sangat khawatir melihat Jung Kook seperti ini. Kau bayar minumannya, aku akan menunggumu di mobil. Mana kuncimu?"
Tak ada penolakan lagi, lelaki tampan itu menurut memberikan kunci mobilnya, dan menuju meja kasir. Sedang Jung Kook sudah dipapah Jimin. Bayangkan saja, tubuh Jung Kook yang lebih besar dari Jimin itu lemah tak berdaya di punggung Jimin. Membuat Jimin kewalahan menghampiri mobil Tae Hyung. Dia memang sengaja ke sini naik taksi, tahu betul jika dia akan berubah menjadi supir baik untuk Jung Kook ataupun Tae Hyung jika dua orang itu sudah masuk. Jadi jika dia bawa mobil, akan bertambah susah urusannya.
Dengan susah payah, pada akhirnya Jimin berhasil memasukkan Jung Kook di kursi belakang mobil. Sambil menunggu Tae Hyung, Jimin mengatur napasnya.
"Tae, Jung Kook ada cerita sesuatu? Kau tidak mengatakan apapun kan padanya mengenai Eunbi?" pertanyaan itu dilontarkan ketika Tae Hyung sudah datang dan mereka langsung masuk ke dalam mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [JJK Ver]
Fanfiction[Season 1-3] Dingin. Satu kata itu mampu mewakili seluruh sifat Jeon Jungkook. Sebesar apapun Eunbi mencintai lelaki tersebut. Itu semua tak akan merubah watak suaminya. #1 in Marriagecontract #02012021 #1 in JungkookFF #13032021 #1 in Fanfiction...