Follow dulu demi kenyamanan bersama dalam membaca.
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak (vote and comment) agar aku dapat lebih semangat dalam update ceritanya.Remember! Don't read this alone. Especially at night. Okay, happy reading!
✨👀✨
Malam ini kami mulai melancarkan kegiatan untuk membantu para korban banjir. Sesuai rencana awal, perempuan pergi ke tempat pengungsian dan yang lelaki langsung pergi ke tempat bencana banjir walaupun sampai saat ini di luar masih hujan.
Aku memutuskan untuk naik motor bersama dengan Muhzeo karena ambulans yang sudah dipenuhi oleh laki-laki. Begitu juga Elsa dan Auna, Elsa bersama dengan Paul dan Auna bersama dengan Mas Wisnu.
Di perjalanan sempat ada kendala saat melewati sebuah jembatan yang ternyata juga terhalang oleh air banjir. Mau tidak mau kami harus putar balik menggunakan jalan yang lebih jauh. Ditambah lagi dengan ambulans yang sempat mogok. Padahal mesin baru diservis secara berkala. Mungkin karena air banjir yang sempat masuk ke beberapa bagian mobil.
Sesampainya di tempat evakuasi, Aku, Auna, dan Elsa langsung ditinggalkan karena para lelaki hendak memulai penelusuran hari ini dikarenakan air hujan yang tak kunjung reda hingga pukul setengah tujuh malam. Beruntunglah kami bertiga tidak panik dan langsung masuk ke dalam tenda pengungsian dengan membawa banyak obat dan makanan tambahan yang sudah dipersiapkan.
"Assalamu'alaikum," salam kami sembari menyapa banyak orang di dalamnya. Ternyata tendanya cukup besar. Mungkin dapat menampung hampir seratus orang di dalamnya. Beruntunglah suasana tak seramai yang kupikirkan. Lebih kondusif dan dapat diatur dengan baik.
Elsa dan Auna mulai membagikan beberapa obat. Setelah kami datang, ternyata banyak di antara mereka yang mulai mengeluhkan penyakitnya. Mulai dari sakit perut, diare, muntaber, ruam kulit, berbagai penyakit kulit, dan juga penyakit pencernaan lainnya. Beruntunglah kalau masalah infeksi atau penyakit kulit, Auna sudah sangat handal. Sehingga Elsa hanya bagian memberikan obat-obatan dan air putih saja.
Kini bagianku untuk menyeduh mie karena persediaan nasi bungkus sudah mulai menipis. Banyak orang yang mulai mengantre. Awalnya mereka berebut. Namun, dengan pemberian ancaman, baru mereka semua mulai antre dengan sabar. Beruntunglah relawan kami menyediakan sekitar sepuluh dus mie seduh dan juga dalam bentuk cup. Semoga saja ini cukup.
Sekitar pukul sembilan malam, suasana pun mulai kondusif lagi. Anak-anak mulai tertidur dan banyak korban banjir yang baru datang ke pengungsian. Pekerjaan kami tak berhenti sampai di situ. Hingga akhirnya kami selesai pada pukul setengah dua belas malam.
"Besok kita akan mencari korban yang menghilang. Banyak keluarga yang mengaku saat banjir datang, anggota keluarga lainnya ada yang di luar, tapi tidak kembali sampai sekarang. Kita semua dikerahkan untuk mencari setelah pemberian makan pagi selesai. Saya harap semua bisa istirahat dengan baik malam ini agar stamina tubuh tetap terjaga. Apalagi tempat kejadian dekat sekali dengan kali atau sungai besar. Beruntunglah hujan mulai berhenti. Semoga saja besok pagi airnya sudah surut." Instruksi dari Mas Wisnu berhasil membuat kami semua mengangguk.
Selepas pekerjaan malam ini selesai, ia memberikan beberapa wejangan dan arahan kepada kami. Di samping itu juga kita harus sigap bilamana ada korban yang mengeluh sakit tengah malam nanti. Pokoknya semua harus waspada dan saling membantu satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut ✓
HorrorTak ada yang paling mengerikan selain suara jeritan permintaan tolong di saat mereka sudah hampir di ambang Kematian. Bisikan-bisikan itu membuatku tergerak untuk membantu. Ditemani oleh The Genk of Pembasmi Syaiton, kami siap mengungkap semua hal m...