STOP!!!
Harap vote sebelum membaca. Dukung karyaku terus agar bisa selesai sebelum tahun 2021 dan bisa terus membuat karya-karya baru selanjutnya. Selagi gratis, yuk! Mode offline juga vote juga akan masuk, kok. Happy reading Readerswey-ku ♥️Pagi ini kami semua berangkat menuju basecamp tempat perkumpulan relawan kemanusiaan. Karena kebetulan hari ini belum ada kegiatan yang bisa dikerjakan, akhirnya kami diajak untuk berkenalan dengan para anggota satu-persatu. Tak hanya itu, kami juga dikenalkan dengan berbagai macam alat-alat yang akan kami gunakan selama kegiatan. Mungkin agar tidak kaku saat memakainya nanti.
"Kalau ini namanya Bang Andri. Hati-hati, ya, orangnya galak," kelakar Mas Wisnu, ketua dari komunitas Responsive Volunteer Association.
"Ngaco, eh! Mas Wisnu mah orangnya memang suka bercanda. Jangan dibawa hati, ya. Nanti baper," sahut Bang Andri yang sepertinya berumur dua tahun di atasku. Rupa-rupanya mirip sekali dengan orang luar. Bulu mata tebal dan hidung mancung. Katanya, sih, Mahasiswa dari fakultas kedokteran di salah satu universitas ternama.
"Hahaha, dasar kamu, Ndri. Oh iya, kenalin ini Muhzeo." Mas Wisnu sedikit tertawa.
"Iki wes aku dah kenal," sahut Bang Andri sambil tertawa dan menepuk pundak Muhzeo dengan sedikit akrab.
Lucu lihat lelaki berperawakan bule, tapi gaya bahasanya seperti orang Jawa.
"Gimana enggak kenal, pertama kali aku ke sini, Bang Andri datang-datang asal tepuk, tau-taunya salah orang," ujar Muhzeo sambil ikut tertawa.
"Yo maaf, namanya juga waktu itu aku sedang buru-buru," bela Bang Andri sembari tertawa.
"Kalau ini namanya Paul, Bang." Muhzeo menunjuk ke arah Paul.
"Nama asli?"
"Ya, masa nama palsu, Bang," sahut Paul sambil cengengesan.
"Lucu jenenge Paul. Kalau di Indonesia buat jadi bahan bercandaan, tapi kalau di luar, rata-rata yang namanya Paul ganteng-ganteng, loh," ujar Bang Andri sambil berjabat tangan dengan Paul.
"Wes, saya mah memang sudah ditakdirkan untuk ganteng, Bang."
"Wong pede!"
"Ini Elsa dan Hilmi."
"Weh, kita nambah personel perempuan, nih. Sek-sek, kayaknya aku kenal sama yang ini." Bang Andri memperhatikan Hilmi dengan saksama.
"Pemenang lomba game, ya? Wih, masuk televisi waktu itu. Mantap!" Bang Andri bertos ria ke arah Hilmi. Hilmi hanya bisa cengengesan sembari mencoba akrab dengan Bang Andri.
"Kalau ini Dira, Bang."
"Wih, ayu tenan iki loh!"
"Pacarnya Muhzeo, Bang." Paul berbisik ke arah Bang Andri.
"Ealah, yo, toh? Niatnya mau aku embat tadi. Eh, ternyata wes ada pawangnya. Yo wes lah, ndak jadi." Bang Andri nyengir sembari berniat bersalaman denganku. Aku tau dia hanya bercanda.
"Eh, maaf, Bang, enggak bisa," ucapku dengan agak tak enak.
"Eh, enggak boleh sama Muhzeo?"
"Enggak gitu, Bang. Dia memang enggak mau disentuh. Saya senggol dikit saja langsung marah-marah. Kecuali kalau enggak kena kulit baru mau," ungkap Muhzeo sembari sedikit tertawa.
"Oalah gitu. Yo wes, kalian lanjut lagi ke anggota yang lain. Aku tak makan dulu. Maklum, belum sarapan." Bang Andri turun dari kursi dan beranjak untuk pergi ke warteg dekat basecamp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut ✓
HorrorTak ada yang paling mengerikan selain suara jeritan permintaan tolong di saat mereka sudah hampir di ambang Kematian. Bisikan-bisikan itu membuatku tergerak untuk membantu. Ditemani oleh The Genk of Pembasmi Syaiton, kami siap mengungkap semua hal m...