Nadira Pov's.
Lagi-lagi aku terbangun untuk kedua kalinya. Entah mengapa firasat ku kembali berbicara buruk tentang kak Kenan. Sanak keluarga sudah pamit untuk pulang sedari tadi. Walaupun waktu belum terbilang malam, rasanya aku semakin was-was menunggunya kembali. Terakhir kata mamah, dia minta izin untuk mengantarkan Laras, yang katanya teman sekuliahnya. Tetapi aku tetap aku. Mana mungkin aku percaya dengan omongan yang belum ada buktinya.
Aku masih duduk sambil menoleh ke arah jam yang menunjukkan pukul sembilan lewat. Sesekali mendadak berkeinginan buang air kecil saking takutnya. Aku hanya bisa mondar-mandir di depan pintu. Kapan dia kembali sih?
"Sayang, kamu ngapain di situ terus?"tanya mamah yang sudah rapih memakai piyamanya.
"Nunggu kak Kenan mah."jawabku.
Mamah terlihat tersenyum.
"Kak Kenan kan sudah besar. Untuk apa kamu menunggunya?"tanya mamah sembari membenarkan ikat rambut di kepalanya.
"Insting seorang adik selalu kuat dan terhubung erat dengan kakaknya, mah."ujarku sambil tersenyum.
Mamah tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya.
"Hm, oke deh. Kamu mau mamah temani?"tanya mamah.
Aku menggelengkan kepala dengan cepat.
"Gak usah mah."ujarku.
"Kalau begitu, mamah tidur duluan ya. Selamat malam cinta"ujar mamah sambil ber-dadah ke arahku dan berjalan menuju kamar.
Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Tok.. tok..
Ceklek..
"Assalamualaikum.."
Aku langsung menoleh dan tersenyum lega.
"Waalaikumussalam.. Kakak dari mana saja?"tanyaku.
"Habis nganter Laras. Kamu kok belum tidur?"tanya kak Kenan sambil menutup pintunya.
"Nunggu kakak lama sih. Pasti tadi ada yang ganggu kakak ya?"tanya Dira sambil menunjuknya dengan jari telunjuk.
Kak Kenan terlihat menggaruk tengkuknya.
"Huft.. ya begitulah seperti biasa."ujar kak Kenan sambil bersiap jalan menuju sofa.
"Aku khawatir kakak kenapa-kenapa. Btw, kakak bawa apa?"tanyaku sambil menoleh ke arah kresek bawaan kak Kenan.
"Ini nasi goreng. Lapar kan pasti?"tanya kak Kenan sambil menyerahkan bungkusan itu.
"Aah!! Terbaik deh! Tau aja apa yang sedang aku idamkan!"ujarku sambil meraih bungkus nasi gorengnya.
"Ambil piring gih. Kakak mau ganti baju dulu."ujar kak kenan sambil berjalan ke arah kamarnya.
Aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil peralatan makan. Perutku benar-benar keroncongan ketika kak Kenan membawakan sebungkus nasi goreng spesial untukku. Padahal aku tidak berniat makan kembali. Tetapi nafsu makanku ternyata lebih besar dari yang aku bayangkan.
Setelah mengambil beberapa peralatannya, aku duduk di sofa dengan gembira sambil menyalakan televisi spesial kartun. Maklum saja. Channel televisi ku ini bukan channel biasa. Jadi, wajar bila kartun ada pada saat malam seperti ini.
Aku mulai membuka bungkusan nasi goreng tersebut. Tetapi mengapa harumnya tak bisa tercium ya? Padahal kelihatannya masih hangat.
"Aaaaaarrrgh!!!! Astaghfirullah!!! Kakak mau nge-prank aku yaaaa?!! Ya Allah. Kakak jahat!!"ujarku dengan kencang sambil lompat dari sofa dan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut ✓
KorkuTak ada yang paling mengerikan selain suara jeritan permintaan tolong di saat mereka sudah hampir di ambang Kematian. Bisikan-bisikan itu membuatku tergerak untuk membantu. Ditemani oleh The Genk of Pembasmi Syaiton, kami siap mengungkap semua hal m...