Yuura👀

2.1K 239 16
                                    

"Hai Yuura!"sapaku pada perempuan berambut panjang yang sedang duduk di pinggiran kelas.

Dia masih terdiam sambil menunduk.

Aku menyentuh pundaknya.

"Yuura?"tanyaku dengan perlahan.

"Aaaarhhh! Aghhh!"

Aku segera melepaskan tanganku dan berusaha untuk berhadapan dengan Yuura.

"Eh, kamu kenapa? Kok tiba-tiba kesakitan?"tanyaku pada Yuura yang nampaknya juga terlihat bingung.

Yuura terlihat lemas dan jauh lebih pucat dari pertama kali aku bertemu dengannya.

"Eh, anu.. tanganku lagi sakit. Iya. Sakit banget. Jangan sentuh aku ya."ujar Yuura sambil masih mengelus tangannya.

Matanya kini menyimbolkan aura kebohongan pada diri Yuura. Yuura mulai selangkah menjauhiku

"Aku pergi dulu ya."ujar Yuura sambil beranjak dari duduknya.

"Eh, tunggu!"ujarku sambil melihatnya kembali.

Ku amati setiap gerak-geriknya. Dia benar-benar memberikan aura yang sangat hebat hingga sama sekali tak bisa ku tebak.

"Ada apa, Dira?"tanyanya sambil menunduk.

"Gapapa deh. Kayaknya kamu lagi gak enak badan ya? Kok pucat banget? Mau aku ambilkan obat?"tanyaku sambil melihat ke arahnya yang tak mau sedikit pun menatap wajahku.

Yuura menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Aku pergi dulu ya, permisi."ujarnya sambil berjalan menjauhiku.

Entahlah kali ini aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Dira!!"panggil Elsa sembari berjalan ke arahku.

"Eh, iya,"sapaannya itu ku balas biasa saja.

"Kau kenapa?"tanya Elsa sambil memandangi wajahku.

"Gapapa. Mau ke kantin?"tawarku kepadanya.

"Yuk!"responnya sambil menggandeng tanganku.

Suasana kantin di pagi jelang siang ini lumayan ramai. Semua kursi penuh dan untunglah masih tersisa satu meja.

Kami berdua memesan nasi goreng dan teh poci. Kemudian duduk dan saling diam. Aku masih enggan berbicara banyak hari ini. Karena setiap lihat makanan, selalu saja aku yang dihantui rasa kekecewaan atas pemecatanku.

Ah, cafe itu. Aku jadi rindu.

"Dira.. Kau dipecat dari tempat kerja ya?"tanya Elsa sambil memecahkan keheningan.

Aku agak terkejut. Pertanyaan yang dilayangkan Elsa tadi seperti sebuah cenayang yang sangat tepat. Aku menatapnya cukup lama. Kemudian menghembuskan nafas kasar sambil menoleh ke arah lain.

"Iya."ucapku singkat.

Elsa kembali diam setelah mengetahui bahwa aku tidak ingin diganggu. Mood-ku hari ini benar-benar sangat kacau.

"Hai semuaaaa!"salam Paul yang diiringi oleh Hilmi dan juga Muhzeo.

Kami berdua hanya bisa tersenyum menanggapi.

"Kalian kenapa sih? Sedih gitu keliatannya? Tau gak sih, gua hari ini bawa berita yang benar-benar menggemparkan."ujar Paul dengan bangga.

"Sejak kapan Lo jadi penggosip?"tanya Elsa dengan alis yang mengerut.

"Ini bukan gosip. Ini berita yang harus para wanita tahu dan waspadai. Jadi gini, sekarang-sekarang ini lagi maraknya pembantaian salon kecantikan. Jadi, kalau ada salaon kecantikan yang buka sampai diatas lebih dari jam 10 di daerah Jaksel, wah abis itu dibantai. Dan pelakunya sampai sekarang belum diketahui pasti. Because pelakunya itu benar-benar tidak meninggalkan sidik jari atau apapun. Dan rata-rata setelah pembantai itu terjadi, semua yang ada di sana wajahnya berubah menjadi keriput dan benar-benar mati mengenaskan deh pokoknya."ujar Paul sambil bergidik ngeri.

Bisikan Maut ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang