Hilang.

2.2K 245 16
                                    

Pagi ini sudah banyak mahasiswa ataupun mahasiswi yang datang. Aku bergegas untuk berjalan ke arah perpus. Ku kira sepagi ini perpustakaan kampus akan sepi. Ternyata ramai walaupun tetap saja tidak boleh berisik.

Setelah memberikan kartu perpustakaan, aku segera menuju ke arah buku khusus akutansi. Mengambil beberapa buku dan membawanya ke salah satu meja panjang yang kosong.

Hawa perpustakaan memanglah sangat dingin. Air conditioner-nya seperti memberikan kesejukan yang benar-benar tak terkondisikan.

Ku rapatkan jaketku dan mengeluarkan laptop.

Aku mulai mengerjakan tugas dengan santai. Headphone tak lupa bertengger di kepalaku. Lagu instrument dakwah benar-benar membantuku ketika sedang mengerjakan tugas seperti ini.

"Astaghfirullah.."

Tiba-tiba ada yang memegang tanganku. Aku langsung melepaskannya dan menoleh.

Ternyata manusia. Ku kira setan. Ku lepaskan headphone yang ku pakai.

"Eh, I'm sorry. Tadi gua panggil Lo nya gak nyaut. Gua ngagetin lo ya?"tanya orang itu sambil menggaruk kepalanya.

Aku benar-benar menghembuskan nafas dengan lega.

"Ah, gapapa kok. Aku kira hantu."ujarku sambil menutup beberapa buku.

"Hah? Ghost? Hari gini masih percaya ada hantu? Ada-ada saja lo, Dira."ujarnya sambil tertawa.

Aku hanya bisa tersenyum singkat. Belum saja ia bisa melihat segerombolan makhluk menyeramkan.

"Btw, masih inget gua?"tanyanya sambil menaik turunkan alis.

"Kakaknya Yuura ya?"tanyaku mencoba menebak.

"Yaps!  One hundred dollar for you!"ujarnya sambil tertawa.

Aku refleks tertawa mengikutinya.

"Ternyata lo kalau ketawa sweet ya."ujarnya sambil tertawa.

"Bisa aja wedus."ujarku sambil tertawa.

"Weh, lo ngatain gua kambing?"tanyanya dengan nada konyol.

"Kok lo tau arti wedus?"tanyaku penasaran.

"Gua keturunan Jawa. Bokap Prancis dan nyokap Jawa tengah."ujarnya sambil tersenyum bangga.

"Wow! Hebat ya. Pantesan kamunya manis, putih dan ganteng kayak orang bule."ujarku sambil mengacungkan jempol.

"Biasa aja sih. Oh iya lo ada tugas?"tanyanya sambil melihat ke arah laptopku.

"Iya."

"Oh anak akutansi ya?"tanyanya sambil manggut-manggut.

"Iya. Kalau Lo anak apa?"tanyaku sambil kembali mengetik.

"Gua anak hukum. Karena sering banget kena hukuman bokap haha."ujarnya sambil terkekeh.

"Gua pikir Lo beneran anak hukum."ujarku sambil geleng-geleng kepala.

"Gua emang anak hukum kok. Bokap gua kepengen gua jadi lawyer. Ya, dengan berat hati Akhirnya gua mengiyakan saja daripada jadi ribut."ujarnya santai sambil melepaskan jaketnya.

"Penurut ya lo."ujarku yang masih menatap laptop dengan serius.

"Of course."ujarnya sambil mengambil iPad-nya dan mulai memfokuskan diri.

Drt.. Drt..

Aku menoleh ke layar iPhoneku dan tersenyum karena mendapat pesan dari Muhzeo.

Bisikan Maut ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang