Makhluk Menyeramkan

758 151 2
                                    

"Gils, merinding disko, sih, kalau gua ada di posisi Dira semalam," ucap Hilmi sembari menggelengkan kepalanya saat mendengarkan kisahku barusan.

"Sempat-sempatnya gitu dia bilang, si hantu mulai aktif, ya, Bun? Ngakak gila. Iya, sih, bener. Mungkin mereka mulai aktif. Secara kan mereka jarang nyamar jadi anggota keluarganya Dira. Tiba-tiba semalam nyamar jadi Kak Kenan. Bisa horror banget gitu," komentar Elsa sembari melahap stik kentang yang baru dipesannya.

"Besoknya lo cerita ke Kak Kenan, gak?" tanya Muhzeo sembari asik menyelesaikan tugas kuliahnya via laptop.

"Belum sempet, sih, mungkin gua akan cerita untuk jaga-jaga. Siapa tau bakal ada yang nyamar jadi gua," ujarku sembari terkekeh.

"Eh, nanti siang kita ke basecamp lagi, enggak?" tanya Paul.

"Kayaknya gua enggak, deh, soalnya nyokap nyuruh buat bantu beres-beres rumah. Biasa, nih, mau ada arisan ibu-ibu." Hilmi mulai melanjutkan permainan gamenya.

"Yang lain?"

"Gua enggak dulu, deh, soalnya banyak tugas," ucapku sembari memperlihatkan deadline tugas minggu ini yang seabrek.

"Gua juga enggak, deh, soalnya sepupu gua baru pulang dari pondok. Biasalah dia suka minta ditemani," ujar Elsa sembari melahap kentangnya lagi.

"Jadi, cuma gua berdua sama Ze aja, nih?" tanya Paul yang langsung membuat Muhzeo menoleh ke arahnya.

"Emang gua mau berdua sama lo?" Pertanyaan nyeletuk yang bikin nyes di hati itu langsung membuat Paul memasang wajah flat-nya. Kami semua sedikit tertawa melihatnya.

"Canda, Pak! Kita berdua aja juga enggak apa-apa. Yang penting lo gak sibuk, 'kan, Ul?"

"Enggak, kok. Santai aja," ujar Paul sembari terkekeh dan mencomot stik kentang kepunyaan Elsa.

"Eh, si Bambang kebiasaan!"

"Udah, lah, kalian masih ada kelas, ya? Gua cabut duluan, ya. Kayaknya enakan ngerjain tugas di rumah, deh." Aku pun segera menggendong tas dan beranjak dari kursi.

"Enggak mau gua antar?" tanya Muhzeo yang melirik ke arah arlojinya.

"Enggak usah. Gua naik ojol aja. Nanti kalau lo antar gua dan telat masuk kelas, bisa berabe, 'kan? Udah, ya, assalamu'alaikum," salamku sembari berjalan menjauhi mereka dan bersiap untuk memesan ojol.

Di sepanjang perjalanan koridor kampus, aku terus-menerus disapa oleh orang yang tidak kukenal. Aneh, tapi aku merasa agak senang.

"Wih, ada pahlawan datang! Udah nonton video kamu masuk televisi, belum?" Juju yang tiba-tiba datang langsung merangkulku.

"E–eh? Masuk televisi? Memangnya aku masuk televisi?" tanyaku yang memang belum mengetahui fakta tersebut.

"Yah, gimana, sih! Masa pahlawan kudet! Nih, lihat, deh!" Juju memperlihatkan sebuah rekaman dari YouTube yang menayangkan saat aku sedang diwawancarai. Aku agak malu lantaran wajahku yang masih belum seutuhnya segar itu nampak jelek di kamera.

"Salut sama kamu, Dir! Memang benar-benar hatinya mulia sekali!" Juju terkekeh.

"Hahah, terima kasih, Ju."

"Oh, iya, kamu mau balik? Mau aku antar?" tanya Juju sembari menatap ke arahku.

"Enggak usah, Ju. Aku sudah pesan ojol. Kamu duluan saja."

"Serius? Ya sudah kalau gitu aku duluan, ya! Bye!" Juju melambaikan tangannya ke arahku dan aku pun membalasnya.

👀

Bisikan Maut ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang