Author Pov's
Gadis kecil itu, melebarkan langkahan kakinya, memutari seisi lapangan milik pribadi, beralaskan rumput dengan seuntai sapu tangan yang selalu dimainkannya seraya melakukan tarian paling menakjubkan. Ia tau sebentar lagi akan turun hujan, tapi ia lebih menyukai di saat seperti ini, panorama awan mendung yang indah, sejuk, dan mampu menenangkan jiwanya.
Tapi di balik semua itu, ia selalu merasa tidak nyaman. Kalian tau mengapa? Karena beberapa kali ia menangkap pandangan seseorang yang tengah menguntitnya, memperhatikannya dari kejauhan, tapi pada dasarnya memang sifat dari anak kecil. Ia tidak mencoba untuk mempedulikannya. Ia selalu ingat pesan seseorang yang dengan penuh kasih merawatnya, tentang jangan menghiraukan orang yang tidak dikenal. Pesan yang singkat, padat, jelas, dan mampu diturutinya hingga saat ini.
Sewaktu masih dalam kandungan, ia pernah divonis tak bernyawa, tapi ternyata entah ada kesalahan teknis atau memang takdir berkata lain, detak jantungnya kembali dapat terbaca. Lengkingan kepiluan berubah menjadi tangis penuh haru. Sebuah momentum paling mendebarkan membuat penantian bagi setiap orang yang hadir. Beberapa pasang telinga yang ingin mendengarkan suara tangis menenangkan dari mulut mungil itu terkesiap saat yang dinanti itu muncul. Sujud syukur dan suara syahdu doa mengiringi hari paling bahagia. Ya, ia dititipkan pada sepasang kekasih yang diyakini Tuhannya mampu mendidik dengan penuh cinta, kebersamaan, dan juga pengawasan yang nantinya tak ia dapatkan dari sosok mana pun. Bentuk cinta yang tak ada duanya.
Dalam kurun tiga tahun setelah kehadirannya, dalam waktu yang cukup lama itu pula orang tuanya tak kenal lelah, kantuk, ataupun secercah rasa ingin menyerah. Gadis yang telah terlahir itu telah memiliki janji kepada Tuhannya untuk menjadi amal terbaik untuk orang tuanya. Karena dalam kurun waktu itu pula, ia harus dioper dari satu rumah sakit, ke rumah sakit lainnya. Berjuang antara hidup dan mati yang memunculkan banyak tanda tanya. Gadis lemah itu selalu berbaring tak berdaya di atas brankar. Lirihan kecil sang ibu selalu diuntaikan lewat doa-doa di sepertiga malam, berharap sang anak dapat kelak hidup bahagia tanpa ada penyakit yang membuat semua yang melihatnya tampak terluka.
Semua bermula dari kecurigaan pasangan yang baru saja merasakan kebahagiaan karena hadirnya malaikat kecil pertama di hidupnya. Baby kecil yang selalu dalam dekapan hangat itu mulai demam yang tidak menentu. Kadang menurun, terlihat sehat, atau bahkan meninggi dalam sekejap. Setiap malam pun sang bayi selalu berkeringat meski sang ayah sudah rela berjaga untuk menjaga bayinya tetap dapat tertidur nyenyak. Di dua bulan pertama itu pula, wajah sang bayi mengalami sedikit pembengkakkan dan berat badannya mulai menurun lantaran mungkin karena sang bayi hanya mau menerima sedikit dari susu bayi ataupun susu formula yang diberikan.
Nema dan Kepa–sebutan bagi nenek dan kakek dari garis keturunan Dira–mengusulkan untuk segera membawa cucunya itu ke rumah sakit. Mungkin sebagai bentuk kekhawatiran dari mereka kepada cucu pertamanya. Tentu hal itu terjadi karena dari mulanya saja sudah terjadi hal yang tak mereka harapkan.
Belalakan mata dari semua yang hadir menjadi pandangan pertama bagi dokter yang menangani sang bayi. Syok! Ya semua terkejut kala mendengar penuturan dokter tentang bayi mungil yang divonis tengah melawan penyakitnya. Sel-sel sistem kekebalan tubuhnya sedang berusaha melawan infeksi. Ya, dia terserang penyakit limfoma pada limfosit yang tengah bekerja. Semua sedih dan tak rela. Kenapa harus makhluk sekecil ini yang menderita?
Berbagai cara pengobatan dilakukan, seperti pemberian antibodi monoclonal, kemoterapi, terapi radiasi dan yang lainnya tentu juga dengan saran dari dokter yang memang sudah ahli. Namun, entah suatu mukjizat atau memang harus terus bertahan, selama tiga tahun itu juga kedua orang tuanya terus berjuang dan dipenuhi bayang-bayang kehilangan yang bisa kapan saja lebih memihak pada semesta. Tak peduli pada siapa yang terluka karena keberpihakan yang kadang tak sesuai dengan yang dipinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut ✓
HororTak ada yang paling mengerikan selain suara jeritan permintaan tolong di saat mereka sudah hampir di ambang Kematian. Bisikan-bisikan itu membuatku tergerak untuk membantu. Ditemani oleh The Genk of Pembasmi Syaiton, kami siap mengungkap semua hal m...