Acara pemakaman berlangsung dengan sangat kelabu. Tangis seketika pecah ketika jasad almarhumah Yuura dimasukkan ke dalam liang lahat.
Ryo hanya menutup mulutnya dengan tisu. Matanya ia tutup dengan kacamata hitam yang ku yakini telah basah karena air mata.
Ku lihat Ibunda Yuura semakin menjerit dalam tangisnya. Ayahanda Yuura hanya bisa berusaha tegar sambil menerima apapun yang sudah ditakdirkan.
Aku meratapi makam Yuura. Tak sadar hati ini mulai terenyuh ketika mengingat pertemuan kami yang pertama. Tak sengaja namun membekas. Tak di duga namun terjadi.
Aku masih mengelus pundak Ryo dengan perlahan. Ryo merangkul pinggangku seperti pacarnya sendiri. Aku mulai risih namun tetap diam karena tahu situasi. Tidak mungkin aku mengubah suasana kelabu ini menjadi merah menyala.
"Dira, I'm sorry. I need you. Cuma kamu yang membuatku tenang. Jangan pergi untuk saat ini."ujar Ryo sambil tersenyum dan melepaskan rangkulannya.
Aku membalas senyumannya dan sedikit lega. Mungkin tadi dia sempat menangkap gelagat risih yang ku pancarkan.
Satu persatu orang pergi meninggalkan pemakaman ketika doa selesai dipanjatkan. Siang ini panas matahari cukup menyengat kulit. Ryo menyuruhku untuk ikut kembali kerumahnya. Apa boleh buat. Aku pun pergi ke pemakaman umum ini bersamanya.
Brugh..
"Aw.."
Aku meringis ketika ada sesuatu yang menabrakku.
"Kamu dapat melihatku? "
"Yuu--"
Aku menutup mulutku sendiri agar ucapan itu tak dapat didengar oleh keluarga Yuura.
Yuura terlihat membawa sesuatu.
Sebuah papan nisan dia gotong dengan tergopoh-gopoh. Terlihat jelas bahwa ia telanjang tanpa busana. Ia lari terbirit-birit menjauhiku.
"Tunggu!!"ujarku sambil berniat mengejarnya.
"Dira mau kemana?!"tanya Ryo sambil berusaha mengejarku.
Aku langsung lari secepat kilat. Tak peduli panggilan Ryo dan juga keluarganya.
Yuura melompat-lompat seperti kesetanan. Ia berlari ke arah pemakaman kaum non-muslim. Dan seketika dia menghilang ketika di tengah perjalanan.
"Yuura kamu di mana?!"teriakku sambil memutar-mutar badan untuk mencari keberadaannya.
Kepalaku mendadak pening seketika.
"Dira, apa yang Lo lakukin di situ? Come here !!"ujar Ryo yang agak susah menjangkau ku karena berada di tengah-tengah makam.
"Astaghfirullah.. tadi itu Yuura atau jin?"tanyaku dalam hati sambil berjalan perlahan untuk menghampiri Ryo.
Badanku lunglai dan langsung menubruk tubuh Ryo.
"Dira, are you sick ?"tanya Ryo sambil menempelkan tangannya di dahiku.
Aku menggelengkan kepala tanda tak mengiyakan pertanyaan Ryo itu.
"Ayo kita kembali."ujar Ryo sambil memapahku dengan pelan.
Perjalananku menuju mobil Ryo membutuhkan waktu lima belas menit. Apakah aku berlari hingga sejauh itu tanpa sadarkan diri?
"Ya Ampun sayang. Kamu gapapa?"tanya Ibunda Ryo sambil memelukku yang sudah benar-benar lemas.
"Gapapa kok Tante."ujarku sambil tersenyum tipis.
"Ayo kita pulang. Kamu harus makan ya?"ujarnya sambil membantuku masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut ✓
TerrorTak ada yang paling mengerikan selain suara jeritan permintaan tolong di saat mereka sudah hampir di ambang Kematian. Bisikan-bisikan itu membuatku tergerak untuk membantu. Ditemani oleh The Genk of Pembasmi Syaiton, kami siap mengungkap semua hal m...