Tentang Mas Wilan

841 151 49
                                    

Sebelum ke ceritanya, aku mau menengadahkan tangan seraya mendoakan kepada para pembaca, pemberi vote dan komentar, agar selalu dilapangkan rezekinya, diberikan kesehatan selalu, dijauhkan dari wabah yang tengah hadir di tengah-tengah kita ini, dan selalu dipermudahkan di setiap urusannya. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal 'Alaamiin.

Oh iya, buat yang mau PTS, semoga dipermudah oleh Allah dalam belajarnya dan juga mendapatkan nilai yang sebaik-baiknya, Aamiin. Cheers up, Readerswey-ku. 💚

Dan selamat membaca!

🦉👀🦉

Malam tadi aku benar-benar dikerubungi orang untuk membantu dalam menjagaku dari mimpi buruk itu. Beruntunglah banyaknya doa dan lantunan ayat Al-Qur'an berhasil membuatku bisa terlelap dengan baik. Alhasil, pagi ini aku jadi lebih cerah dari biasanya. Walaupun belum segar pulih.

Namun, aku belum bisa pergi ke kampus kembali lantaran harus mengusut kasus almarhum Mas Wilan yang selalu menghantuiku lewat mimpi itu. Jelas saja memang ada yang tak beres dengan kematiannya atau bahkan semasa hidupnya.

Aku menatap Auna dan Mas Wisnu bergantian sebelum akhirnya Mas Wisnu dengan sigap memencet tombol bel.

Ting ... nong ....

Aku mendadak beku saat melihat sebelah kananku yang menampakkan jin Mas Wilan tengah menatapku sambil tersenyum penuh desakan. Aku hanya bisa melantunkan doa dalam hati sekencang-kencangnya untuk menghalau jin tersebut merasuki diriku.

"Sebentar." Suara dari dalam rumah berhasil membuatku menoleh kembali ke arah pintu dan menghiraukan sosok tak kasat mata itu.

Dengan genggaman tangan lembut dari Auna, aku mencoba untuk tetap tenang dan berusaha fokus membenahi masalah ini dengan sebaik-baiknya.

Ceklek ....

"Eh, Wisnu? Auna? Dan ini?" Ibunda Mas Wilan menatapku dengan sedikit bingung.

Aku hanya bisa tersenyum kaku sembari menyodorkan tangan untuk bersalaman. "Sa–saya Dira, Bu."

Ibunda Mas Wilan menyambut kami dengan penuh kehangatan. Kami dipersilakan masuk dengan beliau yang menuju ke dapur guna mengambil kue dan minuman.

"Nanti kamu ceritakan yang sebenar-benarnya, ya." Pesan dari Mas Wilan berhasil membuatku meneguk ludah dan mengangguk perlahan.

"Alhamdulillah, tadi pagi Ibu ke toko sebentar untuk membeli bolu. Jadi bisa untuk icip-icip selagi kalian di sini dan ada juga es sirup untuk minum. Ayo dicoba dulu. Pasti kalian haus dan lapar, 'kan?" Ibunda Mas Wilan tersenyum hangat kepada kami sembari menata semua yang dibawanya di atas meja ruang tamu.

"Terima kasih banyak, Bu. Maaf jika kedatangan kami merepotkan."

Ibunda Mas Wilan terkekeh. "Ya ampun, Nu, Kita kan saudara dekat, jangan terlalu sungkan seperti itu, ah."

Mas Wisnu terkekeh dan menatapku juga Auna untuk menyicipi jamuan dari Ibunda Mas Wilan. "Dicoba, ya, Bu?"

"Silakan, ayo! Auna dan Mbak Dira juga dicoba, ya."

Aku tersenyum antusias. Hal ini membuatku sedikit lega dengan ibunda almarhum yang ternyata tidak menampakkan watak atau perangai negatif.

Setelah sepuluh menit kami memakan dan meminum jamuannya, barulah Mas Wisnu mulai angkat suara terhadap maksud kedatangan kami. "Jadi sebelumya kami ke sini ada sedikit maksud untuk menyelesaikan sesuatu yang sering kali mengganggu Dira."

"Dira? Loh, memang ada masalah apa?" tanya Ibunda Mas Wilan yang membuatku sedikit nervous kembali.

"Maaf sebelumnya jika hal ini mungkin membuat Ibu sedikit tersinggung atau apa, tapi Dira ini kerap kali diganggu oleh sosok yang menyerupai Wilan, Bu. Ia kerap diteror dalam mimpi yang membuat Dira sulit tidur dan Ibu bisa lihat sendiri kondisinya saat ini?" Mas Wilan menunjukkan raut wajahku yang memang belum sepenuhnya kembali fresh.

Bisikan Maut ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang