3. Koboi Seksi

3.6K 671 156
                                    

REPOST

Perkataan Chase membuat Adinda mundur satu langkah dengan gugup. Jadi benar jika pria ini, salah! anak muda ini, menyukainya?

Astaga! Chase pasti sedang mabuk. Atau kelelahan karena menyetir sejauh itu. Chase tidak mungkin bicara seperti itu pada dirinya yang bahkan baru beberapa menit yang lalu dikenalnya. Perasaan suka tidak mungkin datang secepat itu.

Oleh karenanya, Adinda memutuskan untuk tidak menanggapi perkataan Chase, dan menyusul teman-temannya yang sudah berjalan lebih dulu ke rumah. Ia akan membicarakan ini dengan Clara nanti, dan meminta sahabatnya itu untuk bicara dengan Chase, sehingga pria itu tidak akan mengganggunya lagi.

Beberapa koboi berpapasan dengan mereka, dan menyapa Clara dengan ramah. Britt dan Vic tersenyum centil dengan tatapan menggoda hingga membuat Adinda, yang sudah berhasil menyusul mereka, terkikik geli.

Meskipun panas dan jauh dari kota besar, apa di tempat ini bahkan ada mal?, tampaknya mereka tidak akan keberatan menghabiskan libur musim panas mereka di sini. Para koboi jelas jauh lebih menarik daripada sale di mal. Lagipula, ini jenis liburan yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

"Pooopp!!"

Clara berteriak, dan berlari meninggalkan kopernya saat seorang pria tua yang kira-kira berusia akhir enam puluhan dengan seluruh rambut yang telah memutih, keluar dari rumah besar. Pria yang masih gagah itu berlari menyongsong cucunya, lalu mengangkat tubuh Clara seakan cucunya itu adalah seorang gadis kecil.

Pria tua itu tampak sangat merindukan Clara. Terbukti dari bibirnya yang berkali-kali menciumi wajah dan rambut Clara. Sebuah tusukan rasa iri menyengat di jantung Adinda.

Seandainya papa dan mama sesenang itu setiap kali melihatnya pulang, ia tentu akan menjadi gadis yang paling bahagia di dunia, dan tidak keberatan untuk pulang satu atau dua kali setahun meskipun itu akan menghabiskan banyak uang.

"Clara satu-satunya cucu perempuan Pop, dia selalu dipuja di peternakan ini sejak dulu sampai sekarang," ucap Chase yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

Kenapa anak ini masih mengikuti mereka? Adinda mendesah, dan kembali melangkah meninggalkan Chase yang terus saja berjalan di sampingnya.

"Biar aku saja yang membawa kopermu, Adinda."

Tangan Chase berusaha meraih koper Adinda, tetapi ia menariknya menjauh lebih dulu.

"Aku bisa sendiri. Ini tidak berat."

Chase terkekeh. "Kau takut padaku?"

"Tidak!" jawab Adinda dengan cepat. Ia tidak takut. Ia hanya risih.

Terbiasa menjadi yang terabaikan, menjadikan Adinda sebagai gadis yang tidak suka menjadi pusat perhatian. Entah itu seseorang atau sekelompok orang. Ia hanya ingin menjadi perhatian orang tuanya, yang mana tidak pernah terjadi, dan bukannya pria asing, ataupun cowok seperti Chase.

Di kampus, ada beberapa pria yang terang-terangan mengejar dirinya. Akan tetapi, Adinda memilih untuk mengabaikan mereka dan berlindung di balik badan teman-temannya. Maka sekarang, ia juga akan melakukan hal yang sama untuk menghindari Chase.

Mereka berkenalan dengan Pop, kemudian masuk untuk bertemu wanita gemuk berambut pirang yang tidak lain adalah nenek Clara. Seperti tebakan Adinda, Gram adalah wanita yang hangat dan ramah. Ia segera menyuruh mereka semua ke ruang makan untuk menyantap makan siang yang sudah dibuatnya. Lagi-lagi, jenis keramahan yang Adinda tahu tidak akan ia dapatkan di rumah.

Chase menarik kursi di samping Adinda seakan tidak pernah ingin jauh darinya. Clara mendelik pada sepupunya itu dari seberang meja.

"Tidak ada kuda yang harus kau beri makan, Chase?" tanya Clara sambil menyendok tumisan daging dan kacang polong.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang