55. Tidak Ada Pilihan Lain

578 162 7
                                    

"Kita akan menemui orang tuaku sekarang," ucap Adinda setelah mereka selesai makan.

Adinda tahu mungkin ini terlalu cepat, ia bahkan belum bertemu dengan Papa, tetapi melihat sikap Mama tadi, Adinda merasa tidak akan baik baginya untuk mengulur-ulur waktu mengenalkan Jesse pada mereka.

Lagipula, memang itu kan tujuan dirinya pulang? Selain untuk mengetahui alasan mereka mengabaikannya, Adinda juga ingin mengenalkan Jesse pada orang tuanya. Tidak peduli apapun pendapat mereka, atau siapa yang akan menjadi menantu pertama mereka.

Alexi Sandjaya memang pria yang terkenal di dunia bisnis, usahanya ada di mana-mana dan hampir semua orang mengagumi siapapun anggota keluarga itu. Bahkan cucu-cucu klan Sandjaya sudah memiliki penggemar mereka sendiri.

Namun, Jesse adalah Jesse. Tidak peduli seperti apapun keadaannya, Adinda mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang Jesse miliki. Juga keistimewaannya. Bahkan, bisa jadi, keistimewaan itulah yang membuat Adinda jatuh cinta padanya. Jesse luar biasa dengan caranya sendiri dan Adinda tahu ia tidak akan bisa hidup tanpa pria itu lagi.

'Kau yakin?' Jesse menggerakkan tangannya dengan ragu.

Adinda mengangguk. "Kakakku sudah akan menikah, dan aku yakin akan jauh lebih mudah bagi kita untuk menjalani hubungan ini dengan lebih serius. Lagipula, adikku juga sudah memiliki kekasih dan sangat tidak sabar ingin menikah."

Ini adalah langkah yang sangat besar. Adinda tahu itu. Mereka baru mengenal dalam beberapa bulan, dan memutuskan untuk mengambil langkah itu. Adinda yang berakal sehat dan selalu patuh pada rencana hidupnya, pasti akan menolak permintaan Jesse untuk menikah dan memilih mengejar mimpi yang selama ini diinginkannya.

Akan tetapi, Adinda yang baru saja mengenal cinta, akan berkata jika ini adalah jalan hidup yang tidak bisa dihindarinya. Bukankah hidup memang selalu penuh kejutan? Manusia bisa saja merencanakan hidupnya matang-matang, membuat jadwal yang rapi dan menjalaninya dengan disiplin, tetapi pada akhirnya, bukankah takdir yang menentukan segalanya?

Sebelum bertemu Jesse, Adinda tidak pernah tertarik dengan konsep hubungan romantis. Terlebih, dengan ketidakadilan yang ia terima dari orang tuanya membuat Adinda tidak ingin menjalani sebuah hubungan baik yang serius maupun tidak. Jika orang tuanya saja tidak mencintainya sedalam itu, bagaimana orang lain bisa?

Kehadiran Jesse merubah segalanya. Juga keluarga pria itu. Ia yang selalu menjadi anak yang diabaikan dan hampir dianggap tidak ada, nyatanya mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang luar biasa dari keluarga Wells. Bahkan waktu yang sangat singkat itu membuat Adinda kembali percaya bahwa dirinya layak untuk dicintai.

"Kecuali kau tidak ingin bertemu mereka," ucap Adinda kemudian ketika Jesse tidak bicara apapun lagi.

'Kau konyol! Apa yang paling kuinginkan adalah meminta ijin mereka untuk membawamu pergi dari sini. Secepat mungkin kalau bisa.'

Adinda tersenyum muram membaca gerakan tangan Jesse itu. "Mungkin kau bahkan tidak memerlukan ijin apapun. Aku ada di sana atau tidak, sama sekali tidak ada bedanya bagi mereka."

Ia tidak ingin terdengar seperti seseorang yang merana, tetapi memang seperti itulah yang dirasakannya sekarang. Ia ragu akan ada penolakan besar seperti yang Mama lakukan pada Aidan dan Ameera. Mama mungkin malah akan dengan hati menerima lamaran Jesse agar ia cepat-cepat pergi dari rumah.

Tangan Jesse merangkum pipinya hingga mata mereka saling menatap. Pandangan Adinda turun ke bibir Jesse saat pria itu membuka mulut.

'Apapun yang mereka katakan nanti, tidak ada seorang anak pun yang berhak diperlakukan seperti itu. Aku telah berdosa besar pada Chase dengan mengabaikannya, dan aku tidak ingin orang tuamu menyesali apa yang mereka lakukan sekarang bertahun-tahun mendatang. Kau berhak dicintai, Sayang. Sangat berhak.'

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang