46. Semua Orang Pernah Berbuat Kesalahan

757 208 24
                                    

'Kenapa tidak?'

"Kau bertanya kenapa??" pekik Chase sambil bangkit dari duduknya. "Dengar, Jesse, kau pasti tahu semua dosa yang ia lakukan padaku, padamu, juga kepada keluarga ini. Bagaimana kau bisa melupakan itu dengan begitu mudahnya??"

Jesse bisa merasakan semua itu. Kebencian, amarah, juga dendam masa lalu seperti yang pernah ia miliki selama belasan tahun semenjak Chassidy pergi begitu saja dari hidupnya. Namun, sekarang Jesse tidak bisa hidup seperti itu lagi. Ia ingin melupakan semuanya.

'Nak, semua orang pernah berbuat kesalahan. Chassidy, aku, bahkan kau, kita semua.'

"Aku tahu kesalahanku banyak, tetapi aku juga mempunyai pilihan untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain kan?"

Chase keras kepala, ia tahu itu. Bahkan ia tahu jika anak itu jauh lebih keras kepala darinya dan Chassidy karena Chase adalah gabungan mereka berdua. Ikatan darah tidak akan pernah berbohong.

'Tetapi bukan berarti kau tidak bisa memberikan kesempatan untuk mendengarkan. Setidaknya satu kali saja.'

Lagi-lagi Chase menggeleng. "Lalu apa bedanya? Hidupku baik-baik saja selama ini tanpa kehadirannya. Dia hanya mengandungku dengan terpaksa. Bukankah seharusnya ia menggugurkanku saja jika tidak menginginkan diriku?"

Tangan Jesse terulur untuk menyuruh Chase kembali duduk. Ia tidak melepaskan tangannya di lengan anak itu untuk beberapa saat lamanya. Mereka jarang sekali bersentuhan fisik selain saat berkelahi, dan rasanya, ketika ia bisa merasakan panas kulit anaknya, Jesse merasa tidak ingin melepaskanny.

Akan tetapi, hal tersebut juga mengingatkannya pada masa-masa yang telah ia sia-siakan. Masa ketika ia bisa menyentuh Chase sepuasnya.

Masa di mana ia bisa menggendong anaknya, mengayunkannya di atas bahu, atau mengangkatnya untuk naik ke punggung kuda.

Jesse telah kehilangan semua itu, dan itu adalah akibat dari perbuatannya sendiri.

'Maafkan aku,' ucap Jesse tanpa suara dengan bibir bergetar. Dosanya kepada Chase memang teramat besar.

Chase menarik tangan sambil memalingkan muka saat melihat mata Jesse yang sedikit berkaca-kaca.

Jesse sendiri ikut berpaling dan mengusap wajah dengan kedua tangannya untuk menghilangkan jejak air mata yang hampir tumpah itu.

"Aku hanya ingin kau memperhatikanku. Tidak lebih," ucap Chase kemudian dengan suara serak. "Aku tidak butuh ibu selain Gram, tetapi aku butuh ayah selain Pop karena Pop selalu sibuk di peternakan. Saat itu, aku merasa iri dengan teman-temanku yang selalu diajak naik kuda dan memiliki hubungan yang akrab dengan ayahnya."

Hunjaman pisau di jantungnya kini seakan sedang dipuntir dengan kekuatan penuh dan membuat rasa sakitnya terasa di sekujur tubuhnya.

Ingatannya kembali pada Chase kecil yang selalu mengikutinya ke manapun, tetapi selalu Jesse abaikan. Ia benar-benar contoh ayah yang sangat buruk kan?

"Apa kau membenciku karena aku mirip dengannya?"

Pertanyaan penuh dengan kesedihan itu membuat Jesse menatap wajah sang putra. Chase memang begitu mirip dengan Chassidy, tetapi apa salahnya?

Chase adalah putra kandungnya. Tidak peduli ia lebih mirip Chassidy ataupun dirinya, ada darahnya di dalam tubuh anak ini. Bukankah seharusnya itu yang paling penting?

'Aku tidak membencimu.'

Lalu, Jesse mengingat saat ia benar-benar tidak bisa melihat anak itu di usia-usia awal setelah kelahirannya.

'Oke, mungkin awalnya aku merasakan itu karena sakit hatiku pada Chassey, tetapi itu hanya sebentar.'

"Lalu kenapa kau tidak pernah mau melihatku? Kenapa kau mengabaikanku?"

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang