Hati Jesse dipenuhi amarah yang menggelegak. Terutama saat ia melihat bagaimana penampilan Adinda tadi ketika gadis itu muncul dari balik jendela.
Rambut gadis itu acak-acakan seakan baru saja mengalami petualangan seks yang sangat liar di atas ranjang.
Bajunya kusut, dan wajah cantiknya itu memerah di mana-mana dengan mata mengantuk seksi yang menatapnya, membuat Jesse ingin mendobrak pintu kabin Chase hanya agar bisa menciumi Adinda. Ia mungkin akan melakukannya jika saja tidak tengah memeluk bahu Chassidy yang menangis.
Apa yang baru saja mereka berdua lakukan di kabin itu?
Clara belum lama kembali, jadi seharusnya mereka juga kembali bersamaan dengan gadis itu. Namun, mengapa mereka malah langsung pergi ke kabin dan bukannya masuk rumah utama?
Apa hubungan mereka berdua sudah berkembang sejauh itu hanya dalam semalam? Apa Adinda baru saja tidur dengan Chase?
"Lebih baik aku pergi saja dari tempat ini. Chase tidak akan mau bicara denganku apalagi memaafkanku."
Lamunan Jesse tentang Adinda buyar begitu mendengar suara itu. Dalam sekejap tadi, ia benar-benar lupa pada Chassidy. Adinda memang selalu mengambil alih pikirannya, dan tubuhnya, dengan begitu mudah.
Sesungguhnya, Jesse juga tidak ingin membawa Chassidy kemari. Namun, saat wanita itu memohon padanya dengan matanya yang besar itu, Jesse merasa luluh.
Bukan karena ia masih memiliki perasaan itu pada Chassidy, Jesse hanya sedang mencoba berdamai dengan masa lalunya sendiri, dan ia ingin memberikan kesempatan yang sama untuk Chassidy.
Chassidy banyak bercerita saat mereka makan siang. Bagaimana kesulitan hidup yang selama ini dilaluinya, bagaimana keluarganya tidak mau menerimanya kembali saat tahu dirinya hamil, juga bagaimana Chassidy bisa bertahan hingga sekarang dengan pekerjaan yang dimilikinya di bar.
Jujur, Jesse merasa sedikit bersalah padanya. Mungkin Chassidy memang meninggalkannya karena ia sakit, tetapi saat itu mereka masih muda. Chassidy mungkin berpikir jika dirinya tidak akan memiliki masa depan lagi setelah kehilangan pita suaranya.
Chassidy hanya ketakutan dan mencoba untuk kabur dari bayangan suram masa depan mereka yang tidak pasti.
Pembicaraan mereka sedikit terganggu dengan Clara yang tiba-tiba masuk dan marah-marah kepada Chassidy. Jesse sempat ingin menyusul keponakannya itu, tetapi Chassidy menahannya dan berkata percuma mengejar Clara sekarang karena gadis itu masih marah. Jadi, Jesse menurut dan berencana bicara dengan keponakannya itu di rumah.
Bukankah seharusnya tadi Jesse mengejar Clara? Jika ia melakukannya, dirinya akan memiliki kesempatan untuk bertemu Adinda.
Lalu setelah itu apa? Menjelaskan bahwa ia hanya membantu Chassidy untuk meminta maaf pada orang tuanya dan Chase? Bahwa ia dan Chassidy tidak memiliki hubungan apa-apa lagi? Memangnya Adinda bakal peduli?
Terlebih, gadis itu sekarang tampak sangat dekat dengan Chase. Mereka bahkan bermesraan di kabin Chase!
Sialan! Ia kembali dipenuhi kecemburuan sekarang, dan sangat ingin berlari ke kabin itu. Ia begitu ingin bertanya apakah selama ini Adinda hanya mempermainkannya.
"Jesse?"
Jesse merasakan jemari Chassidy di lengannya hingga membuatnya tergagap menatap wanita itu.
'Maaf, aku melamun. Apa yang kau katakan tadi?'
Chassidy tersenyum. Sesuatu yang dulu membuat Jesse tidak bisa berpaling walaupun banyak gadis-gadis lain yang mengejarnya dan jauh lebih cantik daripada Chassidy.
Sayangnya, senyum itu tidak memiliki arti apa-apa lagi sekarang selain hanya sebuah kenangan masa lalu. Mungkin, selama ini Jesse hanya salah mengartikan perasaannya pada Chassidy.
Ia memang sudah melupakan semua perasaan yang dimilikinya pada Chassidy. Ia hanya tidak pernah memikirkan hal tersebut karena selama ini, tidak pernah ada seorang wanita pun yang bisa mengusik hatinya. Hingga Adinda datang.
"Sebaiknya aku pergi sekarang saja. Rasanya percuma aku di sini. Chase tidak akan memaafkanku."
Suara Chassidy pecah, dan wanita itu kembali terisak. Chassidy sudah bercerita tentang bagaimana penyesalannya setelah meninggalkan Chase.
Jesse menggeser duduknya dan meraih kepala wanita itu agar bersandar di bahunya. Ia tidak bisa memberikan apapun pada Chassidy, tetapi setidaknya Jesse bisa meminjamkan bahunya.
Isakan lirih Chassidy kembali terdengar. Sejak tiba di peternakan, sudah tidak terhitung berapa kali Chassidy menangis. Air matanya bercucuran dengan deras saat meminta maaf kepada Pop dan Mom.
Terlebih, saat Mom bersikeras tidak akan memaafkan dengan mudah apa yang pernah Chassidy lakukan padanya dan Chase. Pop mungkin memaafkan, tetapi dia juga berkata tidak akan pernah melupakan apa yang pernah Chassidy lakukan itu.
Sedangkan Jesse sendiri, ia sudah memaafkan Chassidy. Apapun alasan yang dulu menjadi dasar kepergian Chassidy, itu adalah masa lalu. Tidak ada yang bisa merubahnya. Jesse hanya berpikir bahwa ini adalah jalan takdir yang harus dilaluinya.
Karena itulah ia membawa Chassidy kemari. Karena ia ingin orang lain juga akan berdamai dengan masa lalu itu. Terutama Chase.
Jesse tahu, dosanya dan Chassidy terlalu besar kepada anak mereka itu. Akan tetapi, ia tidak ingin Chase hidup dengan kebencian di dalam hatinya.
Jesse sudah pernah merasakan itu selama bertahun-tahun semenjak kepergian Chassidy, dan itu sama sekali tidak bisa membuatnya hidupnya bahagia.
Ia menjauhkan tubuh Chassidy agar wanita itu menatapnya.
'Jangan menyerah secepat ini. Chase masih kaget dan marah. Ia butuh waktu.'
Chassidy mendesah putus asa dan menggeleng. "Sampai kapan, Jesse? Chase begitu membenciku. Aku bisa melihat bara kemarahan itu di matanya."
Jesse meraih tangan Chassidy dan menggenggam tangannya dengan erat. 'Kita akan mencari caranya, tetapi sementara itu, aku hanya berharap kau tidak akan pergi dari sini. Akan lebih mudah jika kau tetap di sini sambil mencoba meluluhkan hatinya.'
"Aku merasa sangat malu padamu sekarang, Jesse. Aku telah meninggalkanmu dulu, mengingkari janji kita untuk selalu bersama, dan sekarang kau bahkan masih bersedia menolongku."
'Bukan hanya kau yang menyesali semuanya. Aku juga. Aku selalu hidup bersama Chase, tetapi tidak pernah menjadi ayah yang sesungguhnya bagi anak itu. Aku sangat berdosa padanya.'
Chassidy kembali menangis. "Kita orang tua yang sangat buruk kan?"
Jesse mengangguk. 'Dan aku ingin kita memperbaikinya sekarang. Percayalah, kita akan menemukan caranya. Chase tidak mungkin terus membenci seumur hidup. Hatinya tidak sejahat itu. Dia anak baik.'
"Jesse, apa kau punya foto-foto Chase saat masih kecil? Aku tidak pernah melihatnya tumbuh besar. Jika kau punya dan mengijinkan, aku sangat ingin melihatnya."
'Ada di kamarku. Tunggu di sini.'
Chassidy menatapnya dengan penuh terima kasih. Jesse tersenyum padanya, dan bangkit menuju kamarnya untuk mengambil album foto yang ingin dilihat Chassidy.
Sekarang, ia hanya akan fokus untuk membuat Chassidy berbaikan dengan Chase, lalu dirinya akan melakukan hal yang sama dengan meminta maaf pada Chase, dan setelah itu, baru Jesse akan memikirkan kembali tentang hubungannya dengan Adinda. Liburan musim panas masih lama, Jesse yakin jika Adinda masih akan berada di sini hingga saat itu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk m...