22. Fokus Pada Sebuah Misi

680 153 8
                                    

Adinda tersenyum dan meninggalkan Chase. Kini, hatinya terasa damai karena ia telah memberikan kesempatan itu pada Chase. Mungkin, akan ada hati yang terluka nantinya. Entah miliknya, entah Chase, atau mungkin itu Jesse. Akan tetapi, dengan melakukan ini, Adinda tahu ia tidak akan menyesal nantinya.

Tujuan dirinya melakukan hal ini masih sama. Yaitu ingin menyatukan lagi ayah dan anak yang saling menjauh karena ego masing-masing yang terlalu tinggi. Adinda hanya berharap, nanti ketika ia pergi dari tempat ini, setidaknya akan ada perubahan dalam hubungan Jesse dan Chase.

Tentang hatinya, yah, ia sudah terbiasa terluka dan diabaikan. Jadi, seberat apapun Adinda pasti bisa menanggungnya. Lagipula, bukankah memang itu tujuan awalnya? Mendamaikan Jesse dan Chase tanpa memikirkan apa yang hatinya rasakan. Jadi, sekarang ini, Adinda akan kembali pada misi utamanya dalam menyatukan ayah dan anak itu.

"Ya Tuhan, Adinda! Ke mana saja kau??" Clara memeluknya dengan erat begitu Adinda membuka pintu rumah.

Beberapa orang berkumpul di sana. Dua orang pekerja senior, Gram, Pop, dan juga Jesse. Pria itu berpaling ketika Adinda menatapnya. Matanya tidak tampak marah lagi, tetapi juga tidak terlihat senang melihatnya.

"Ada apa ini?"

"Kau ke mana saja?? Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Bahkan hampir ke tepi sungai," ucap Clara kemudian.

"Seharusnya kau memang ke sana," kata Adinda sambil tersenyum. "Aku berjalan-jalan di padang rumput belakang istal dan menemukan sungai indah itu dan duduk di sana sebentar."

Ia melirik Jesse lagi dan melihat pria itu mencibir.

"Nah, sudah kubilang kan?" Pop menyela sambil menatap cucunya. "Kau seperti kebakaran jenggot karena mencarinya. Adinda tidak akan pergi jauh. Ya kan, Nak?"

Adinda menoleh pada Pop, dan mengangguk. "Dia memang selalu bereaksi berlebihan jika itu menyangkut diriku. Hubungan kami..."

Mata Gram melebar menatap mereka berdua. "Jangan katakan kalian berdua..."

"Gram!" Clara menjerit. "Kami tidak menjalin hubungan seperti itu!"

Adinda dan para pria yang lain, kecuali Jesse, terkekeh mendengarnya. Jesse menatapnya dengan wajah serius hingga membuyarkan senyuman dari bibir Adinda.

Ia tahu apa yang Jesse pikirkan. Pasti tentang apa yang dilihat pria itu lihat di padang rumput tadi. Namun, Adinda tidak ingin menjelaskannya pada Jesse sekarang. Berbaikan dengan Clara jauh lebih penting dari apapun.

"Kalau begitu, aku akan ke atas bersama Clara. Ada beberapa hal yang harus kami bicarakan."

Setelah berpamitan pada orang-orang itu, Adinda menarik Clara ke kamar mereka.

"Di mana Vic dan Brit?" tanyanya saat tidak menemukan dua temannya itu di kamar.

"Sedang merapikan pakaian. Mereka akan pulang ke Texas malam ini."

"Kenapa mendadak?"

"Ada panggilan foto untuk iklan majalah."

Adinda mengangguk mengerti. Itu adalah dunia mereka, dan jelas dua gadis itu akan langsung datang jika ada panggilan foto. Biasanya, Clara juga. Di antara mereka berempat memang hanya Adinda yang tidak tertarik dengan hal seperti itu.

"Kau tidak pergi?"

"Dan meninggalkanmu sendirian di sini?" Clara melotot padanya. "Tidak, terima kasih. Bisa-bisa aku langsung punya sepupu baru begitu kembali kemari."

Adinda gantian melotot, dan memukul bahu Clara. "Aku tidak semurahan itu, tahu!"

"Aku minta maaf telah menuduhmu seperti itu. Aku hanya tidak ingin kau terluka."

Adinda terhenyak kaget mendengarnya. "Kupikir..." Ia membuka dan menutup bibirnya berulang kali untuk mencoba bersuara, dan gagal.

"Kau pikir aku takut kau akan melukai pamanku ataupun Chase?"

Itu adalah persis seperti apa yang ia pikirkan, jadi Adinda hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Mereka sudah terlalu sering bertengkar. Entah masalah perempuan atau yang lain. Hati Chase mungkin akan terluka, tetapi anak itu akan sembuh dengan cepat. Dia selalu mudah jatuh cinta. Sedangkan pamanku..." Clara menghela napas, "...aku hanya takut kau menjadi pelariannya saja. Tetapi..."

"Mungkin kau benar." Adinda mencoba tersenyum mendengar itu. "Aku akan baik-baik saja, Clara. Aku akan mengurus hatiku sendiri. Bagiku yang penting mereka berbaikan."

"Aku belum selesai bicara." Clara memandangnya dengan menegur. "Saat melihatnya tadi, ketika aku bilang kau menghilang, dia langsung berlari dengan panik keluar dan mengambil kudanya. Dia tidak pernah terlihat seperti itu selama bertahun-tahun. Pamanku mungkin memang benar-benar jatuh cinta padamu."

Perkataan Clara membuat Adinda memutar bola mata. "Dalam mimpiku. Dia tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Dia mungkin hanya khawatir aku diseret oleh monster penunggu sungai."

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

Adinda mengangkat bahu. "Delapan belas tahun bukan waktu yang singkat, Clara. Dan selama itu, tidak pernah ada satu wanita pun yang bisa menggantikan ibu Chase di hatinya."

Lalu Adinda kembali mengingat apa yang Jesse katakan padanya. Pria itu bilang ia mungkin salah. Salah tentang apa? Tentang Chassidy? Atau tentang ciuman mereka?

"Kenapa kau tidak menanyakannya pada pamanku apa dia masih menyukai wanita itu atau tidak?"

Adinda kembali melotot. "Aku sudah mengakui perasaanku lebih dulu, dan sekarang masih harus bertanya soal itu juga padanya? Gantung saja aku di pohon oak!"

Kemudian, pikiran itu datang ke kepalanya. Oke, mungkin ia tidak bisa bertanya pada Jesse, tetapi Clara bisa. Dan sebagai teman, Clara harus mau melakukan itu untuknya. Lagipula, Jesse adalah paman kesayangan Clara, tentu gadis ini ingin pria itu hidup bahagia.

"Aku tahu apa arti senyummu itu, dan aku menolak untuk melakukannya," tolak Clara bahkan sebelum Adinda mengatakan keinginannya.

"Clara...hanya kau harapanku satu-satunya. Tanyakan padanya, please?"

Clara menggeleng. "Lakukan sendiri. Aku tidak mau ikut campur dalam hubungan kalian."

Adinda cemberut. "Jika kau tidak mau ikut campur, selamanya pamanmu akan hidup seorang diri. Apa kau mau pamanmu yang tampan dan seksi itu hidup seorang diri di hari tuanya? Hanya ditemani kucing-kucing dan anjing penjaga di peternakan yang luas ini?"

"Sejak kapan kau menjadi seorang pemaksa seperti ini, Abimanyu?"

Adinda terbahak mendengarnya. "Satu kali saja. Tanyakan padanya, okey? Besok adalah waktu yang tepat. Aku akan pergi berkuda dengan Chase, dan sementara itu kau bisa bertanya padanya. Nah, sekarang pinjamkan aku baju berkudamu. Aku harus tampil cantik agar Jesse menyesal karena tidak membalas perasaanku."

Jika memang Jesse tidak bisa melupakan wanita itu, maka setidaknya, Adinda akan membuat Jesse melihatnya. Ia akan membuat Jesse sadar bahwa ada banyak wanita selain Chassidy di dunia ini. Memangnya secantik apa sih Chasidy itu hingga Jesse tidak bisa melupakannya?

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang