15. Magic Hour

3.2K 673 176
                                    

Bolehkah Adinda berharap jika momen ini akan berlangsung selamanya? Apakah ia bisa menghentikan waktu hingga bersama dengan Jesse untuk waktu yang lama? Ini adalah magic hour-nya, dan Adinda sama sekali tidak ingin saat ini berakhir.

Tidak ada hal lain yang pernah Adinda inginkan selain melihat pria itu tertawa bersamanya, dan menggenggam tangan Adinda saat mereka mencoba menghindari ikan-ikan kecil yang terus mengejar mereka, juga agar dirinya tidak terjatuh ke dalam air sungai karena bebatuan yang licin itu.

Adinda menyukai bagaimana tangan Jesse menggenggamnya dengan mantap. Gelenyar listrik itu masih ada, bahkan semakin menguat, tetapi Adinda bisa mengabaikan itu selama ia melihat tawa bahagia Jesse. Meskipun tawa itu tanpa suara.

Keinginannya mendengar suara Jesse bahkan kini semakin besar lagi. Ia berharap selama satu detik saja, bisa mendengar suara pria itu memanggil namanya. Adinda ingin, dalam hidupnya yang sepi nanti, ia akan bisa mengingat bagaimana suara pria itu terdengar. Dan itu sudah cukup baginya.

Ia sudah mencari berbagai berita masa lalu maupun rekaman-rekaman suara Jesse, tetapi tidak menghasilkan apapun. Mungkin itu karena internet di jaman dulu belum semaju sekarang. Atau mungkin memang karena Jesse belum menjadi bintang besar hingga tidak ada yang mengabadikan momen-momennya bernyanyi.

Sekali lagi, Adinda berharap ia lahir di tahun yang sama dengan Jesse. Dirinya pasti akan menjadi orang yang bisa mengabadikan momen-momen Jesse bernyanyi. Ia akan menjadi satu-satunya orang yang menyimpan seluruh foto, suara, dan apapun yang berhubungan dengan Jesse. Ia akan memuja pria itu seumur hidupnya.

Adinda memandang tangan Jesse yang menggenggamnya dengan kuat. Bagaimana sebuah genggaman tangan bisa membuatnya merasa begitu aman seperti ini? Bagaimana lima jari itu mampu membuat Adinda yakin bahwa Jesse adalah pria yang selama ini diinginkannya?

Lalu apa artinya semua ini? Ia jatuh cinta pada Jesse itu jelas. Namun, Adinda tidak bisa membuat kemajuan apapun dalam hal itu. Jesse tidak mencintainya. Dan terlebih, dengan memiliki hubungan bersama Jesse, semua rencana hidup yang sudah Adinda susun jauh-jauh hari akan berantakan. Cinta itu akan membuatnya lemah dan terus menerus memikirkan Jesse.

Padahal, Adinda tidak boleh menjadi orang yang lemah karena tidak ada satu orang pun yang bisa ia jadikan sandaran selain dirinya sendiri. Ia harus berdiri dengan kuat dan tidak goyah, di atas kakinya. Ia harus lulus kuliah dengan nilai memuaskan, mengembangkan karir pengacaranya di Austin, dan membuka firma hukumnya sendiri sebelum usia tiga puluh tahun. Itu adalah rencana hidup yang sudah ia susun sejak dulu, dan cinta tidak ada di dalamnya.

Kenapa ia harus bertemu Jesse sekarang? Kenapa tidak nanti di saat ia sudah menjadi pengacara hebat dan terkenal? Di saat semua rencana hidupnya sudah tercapai? Semua pasti akan lebih mudah jika sudah seperti itu.

Jesse menarik tangannya, membuyarkan lamunan Adinda hingga membuatnya mendongak dan menatap mata biru itu. Bagaimana bisa seorang pria memiliki mata seindah ini? Dan lagi-lagi, Adinda berharap menjadi satu-satunya yang ditatap mata itu. Apa itu mungkin? Apa Jesse akan pernah melihat orang lain selain Chassidy?

Jesse melepas genggamannya, dan detik itu juga, Adinda langsung merasakan kehilangan. Ia ingin tangan Jesse kembali meraih tangannya, lalu menggenggamnya dengan kuat sekaligus melindungi.

'Kau sudah sarapan?' Jesse bertanya sambil menggerakkan tangannya.

Adinda menggeleng dan meringis malu saat perutnya bergemuruh karena lapar. Jesse tersenyum geli menatapnya dengan mata biru yang menari-nari. Oh, Adinda akan sanggup menahan lapar seharian asalkan bisa terus ditatap oleh mata indah itu.

Jesse kembali meraih tangan Adinda dan menariknya ke daratan. Rumput tebal menyambut kaki Adinda yang basah hingga membuatnya tersenyum.

Sebelumnya, Adinda paling tidak suka bertelanjang kaki. Namun di sini, rasanya Adinda tidak ingin mengenakan sepatunya kembali. Hutan ini hampir dipenuhi rumput tebal di seluruh permukaannya, dan dengan jarangnya orang berada di sini, hampir mustahil rasanya ada sesuatu yang membahayakan kaki telanjangnya.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang